Korban berjatuhan seperti cairan dalam botol infus
pelan menetes tapi pasti
dari dua pada Maret jadi dua ratus ribu pada September
tapi mau bagaimana lagi?
Mulut dan hidung kita sudah terbuka tak terkunci
padahal masker sudah murah bahkan gratis.
Okupansi tempat tidur pasien Covid-19 semakin tinggi
kita makin dekat dengan tragedi
tapi mau bagaimana lagi?
Physical distancing tinggal jadi dongeng di siang hari
social distancing bikin berat hati
sering-sering cuci tangan pakai desinfektan apalagi.
Kurva semakin kritis seiring napas yang diiris tipis-tipis
mau bagaimana lagi?
masyarakat sudah akur dengan virus ini
orang tanpa gejala gentayangan di pinggir jalan dan meja makan
di forum-forum, seminar-seminar, demo masak sampai demo jalanan.
Kita semua penat, lelah, geram
ingin pandemi cepat usai
tapi kita juga apatis, cuek, abai.
Akhirnya saat penumpang terguncang-guncang
rem darurat pun ditarik kencang-kencang
mari berharap rem kendaraan kita tidak blong.
---
kota daeng, 10 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H