Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Indonesia Salip China soal Jumlah Korban Covid-19

22 Juli 2020   19:34 Diperbarui: 22 Juli 2020   19:23 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar tangkap layar halaman covid19.who.int

Dengan laju rata-rata penambahan kasus di atas 1.000 per hari, tidak lama lagi jumlah kasus di negara kita akan menyentuh angka 6 digit. Ironisnya, masih ada sebagian masyarakat yang memiliki pemikiran salah tentang Covid-19 ini.

Beberapa hari lalu, saya bercakap-cakap dengan seorang bapak, staf sekuriti di salah satu perusahaan distribusi tentang fenomena Covid-19 di tanah air. Setelah ngobrol beberapa lama dia mulai nampak gamang dan sampai pada kesimpulan "Berarti virus corona ini memang benar-benar ada ya, Pak?" Saya pun dengan gemas meladeni kegamangannya. Artinya selama ini bapak itu masih berpikir kalau Corona itu antara ada dan tiada.

Dia tidak sendiri dalam sesat pikir tentang Covid-19. Lihat saja di lini masa maupun dunia nyata. Masih ada sejumlah orang yang yang menganggap Covid-19 hanya isu ciptaan pihak-pihak tertentu saja. 

Ada juga yang menyepelekan dan menganggapnya sebagai penyakit yang tidak perlu ditakuti sehingga merasa tidak perlu pakai masker, menjaga jarak dan melakukan sejumlah protokol kesehatan lainnya. Makanya di media sosial muncul istilah Covidiot untuk disematkan kepada orang-orang yang bebal seperti ini.

Ada yang menganggap pakai masker dan sering-sering cuci tangan tidak perlu-perlu amat. Alasannya ada orang yang sering pakai masker dan rajin cuci tangan tapi toh masih terpapar Covid-19 juga.

Padahal sebenarnya memakai masker dan sering cuci tangan, jaga jarak dan kiat-kiat protokol kesehatan lainnya bukan saja untuk menjaga agar kita tidak tertular Covid-19, tapi juga mengurangi risiko kita menularkan penyakit tersebut kepada orang lain di sekitar kita.

Bisa saja kita sedang mengidap virus Corona saat ini tapi terlihat sehat-sehat saja karena memang daya tahan tubuh kita cukup baik. Tapi selagi mengidap virus Corona dan mengabaikan protokol kesehatan, kita bisa jadi carrier virus bagi orang lain.

Oh ya, masih ada satu tipe orang lagi yang kerap bikin masalah di lini masa terkait Covid-19 ini, para penebar hoaks atau orang yang suka membesar-besarkan berita yang masih simpang siur sehingga menimbulkan kegaduhan. 

Sebagai contoh, ada isu yang beredar kalau sejumlah rumah sakit selama ini merekayasa diagnosa penyakit Covid-19 untuk mengambil keuntungan secara sepihak dari pasien.

Akhirnya beberapa hari lalu, sejumlah dokter yang aktif di media sosial twitter mengganti nama akun twitter-nya dengan nama "Rumah Sakit Mana?!" atau nama sejenis, sebagai salah satu bentuk keprihatinan (dan juga perlawanan) terhadap akun-akun penyebar berita tidak jelas tersebut.

Jadi, memang tentara perang melawan Covid-19 bukan hanya dokter dan tenaga kesehatan lainnya, tapi juga siapa pun yang dapat berkontribusi meningkatkan literasi masyarakat akan ancaman, dampak dan kiat-kiat meminimalkan risiko Covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun