"Maaf ya, Kak. Saya permisi dulu," ucapnya singkat dan dingin sebelum meninggalkan apartemen.
Lagi-lagi B berhasil mengalahkan emosi Heart dengan jawaban-jawaban taktisnya.
"Jangan salah sangka gitu dong, sayang. Aku dan Gina waktu kecil dulu itu dekeet banget. Jadi sudah tidak malu-malu lagi berpenampilan kayak gini. Kamu kok gak bilang-bilang mau pulang lebih cepat? Kalau tahu kan bisa aku jemput di airport. Maaf kalau sudah bikin kamu sedih ya."
B memeluk Heart erat-erat setelahnya. Heart pun seperti biasa akhirnya luluh lagi, apalagi pada posisi di antara otot bisep B yang hangat dan menenangkan.
Setelah meninggalkan apartemen B, Heart baru merasa aneh. Ada konflik di dalam batinnya. Di satu sisi dia merasa B sedang mengkhianatinya jadi harus segera meninggalkan B, tapi di sisi lain rasa cinta membuatnya tidak bisa jauh-jauh dari B.
Karena larut dalam pergulatan batin itu, dia jadi tidak fokus lagi pada setir mobilnya, dan kecelakaan pun tak terhindarkan.
Tanpa sadar Heart melanggar lampu merah dan sebuah mobil berkecepatan tinggi menghantam mobilnya dari sisi kanan. Heart tewas di tempat dalam tabrakan maut itu.
Sepeninggal Heart, B baru merasakan kehilangan. Dia baru menyadari selama ini dia telah menyia-nyiakan cinta di antara mereka dengan terus melakukan petualangan asmara di belakang Heart dan berbohong di hadapannya.
Didera dengan rasa bersalah dan kehilangan mendalam membuat B mencoba mencari jalan keluar sendiri. Dia berpikir dengan terus melakukan petualangan bersama gadis-gadis lain, dia bisa sejenak keluar dari kemelut pikirannya. Tapi ternyata tidak bisa.
Pada suatu pagi yang dingin, gadisnya yang lain dengan tubuh telanjang di balik selimut berteriak histeris memandang tubuh B yang sudah kaku tergantung di langit-langit kamar. B sudah membuat pilihan yang tidak akan disesalinya lagi.
---Â