Perayaan Minggu Palem dan trihari suci (Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah) tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Negara kita sedang menghadapi pandemi Covid-19 sehingga pemerintah memberlakukan sejumlah kebijakan untuk mengoptimalkan social dan physical distancing.
Konsekuensinya aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan di luar rumah seperti bekerja, pendidikan bahkan ibadah pun diarahkan untuk dilakukan dari rumah saja. Harapan dari pembatasan ini adalah untuk meminimalkan penyebaran virus corona di sekitar kita.
Gereja Katolik melalui keuskupan-keuskupan pun menindaklanjutinya dengan mengeluarkan surat edaran kepada umat agar tidak ke gereja selama pekan suci. Misa tetap dilaksanakan oleh para imam tetapi tanpa dihadiri umat, selain para petugas misa dan (di beberapa gereja) tim IT yang mempersiapkan live streaming. Jadi umat mengikuti jalannya misa dari rumah masing-masing melalui live streaming baik dari channel sosial media maupun siaran televisi.
Sejumlah umat pun merasa sedih karena tidak bisa mengikuti perayaan seperti biasanya. Tidak bisa menerima komuni kudus, tidak bisa bertemu handai taulan untuk bersyukur bersama dan alasan lainnya. Bahkan diam-diam satu dua umat mengirim pesan japri kepada pastor paroki untuk minta diperbolehkan mengikuti misa di gereja.
Para pastor pun selalu memberi pengertian dan meminta semua umat agar bersabar sampai keadaan normal kembali. Toh sebagai warga Gereja yang satu kita tetap bisa beribadah bersama di mana saja dan kapan saja. Yang membedakan hanya media dan platform saja. Jika hati sungguh-sungguh diarahkan kepada Tuhan, kita juga sudah beribadah dengan baik.
Untuk membantu menghibur diri, saya pun mencoba melihat fenomena ini dari perspektif lain. Bukankah selalu ada hikmah di balik musibah? Ternyata ada beberapa kelebihan dari misa live streaming ini dibanding misa seperti biasa.
Misa Lintas Geografis
Gereja jadi lebih dekat, hanya hitungan langkah kaki aja. Tidak perlu takut macet atau menghabiskan waktu di jalan, karena misanya dalam rumah sendiri. Selain itu,
kita bebas memilih misa dari paroki mana saja yang melakukan live streaming.
Yang penting jadwalnya cocok. Sebagai contoh saya dan keluarga berdomisili di Makassar. Tapi saat minggu palma tanggal 5 April yang lalu, kami mengikuti misa live streaming dari salah satu paroki di Pekanbaru.
Hari Kamis Putih kami mengikuti misa dari Paroki St. Fransiskus Assisi Panakukkang, ini di kota Makassar, Jumat Agung kemarin mengikuti misa live Streaming dari Paroki Makale Toraja, dan Malam Paskah baru saja kembali kami mengikuti misa live streaming dari Paroki St. Fransiskus Assisi Panakukkang. Kita bisa mengikuti misa lintas nusantara, bahkan kalau paham bahasa asing, bisa juga mengikuti misa-misa di luar negeri sana.
Waktu Lebih FleksibelÂ
Biasanya supaya kebagian tempat duduk dekat altar atau dalam gedung gereja, kita mesti datang dua jam sebelum misa dimulai. Biasanya perayaan trihari suci jadwal misa hanya satu atau dua kali saja, jadi umat akan memadati gereja. Terlambat sedikit, kebagian tempat di aula paroki atau di bawah tenda. Ya tetap bisa mengikuti misa sih, hanya biasa kurang khusuk karena seringkali banyak anak-anak kecil yang mondar-mandir, juga ada umat yang berisik dan lain-lain. Nah, dengan misa live streaming tidak perlu terburu-buru ke gereja, mandi 10 menit sebelum jadwal misa dimulai pun bisa. Kan misanya di rumah saja. Kelebihan waktu bisa dipergunakan untuk kegiatan yang lain, ngeblog dulu misalnya.
Lebih Dekat dengan KeluargaÂ
Karena misa di rumah saja, kita jadi bisa mengikuti misa secara privat bersama keluarga dan orang-orang di rumah. Suasana pun lebih akrab dan harmonis. Jika misa di gereja apalagi saat umat lagi padat-padatnya, sekeluarga kadang mesti duduk berpencar-pencar agar bisa kebagian tempat duduk. Kecuali datang lebih awal, dua atau tiga jam sebelum misa dimulai.
Sayangnya, tidak semua umat bisa merasakan misa live streaming karena kendala sarana prasarana.
Di media sosial, teman-teman yang berada di daerah biasa curhat, mau live streaming susah sekali, karena kualitas jaringan (maksudnya sinyal internet) belum sebaik teman-teman di kota. Ya, betul juga sih. Memang ada juga misa yang disiarkan oleh stasiun penyiaran setempat, tapi itu juga tetap tidak bisa menjangkau 100% umat dibanding mengikuti misa di gereja-gereja.
Jadi solusinya nonton misa versi siaran tunda (rekaman) di media sosial atau ibadah bersama di rumah saja tanpa misa baik live maupun rekaman. Tentu dengan tata liturgi yang lebih sederhana. Kiat ini menjadi pilihan terakhir. Sekali lagi, yang paling penting itu niat dan hati yang sungguh-sungguh diarahkan kepada Tuhan.
Akhirnya, selamat pesta paskah buat pembaca yang merayakan. Tuhan memberkati. (PG)
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H