Mereka "gemas" pada respon Jokowi dan elite politik yang terkait karena sepertinya membiarkan masalah penolakan pembangunan gereja St. Joseph Karimun berlarut-larut. Mediasi yang sudah dilakukan tetap tidak berpihak pada panitia pembangunan gereja St. Joseph.
Baik, kita tidak mengesampingkan fakta-fakta bahwa dalam pemerintahannya, Jokowi pernah berkolaborasi dengan partner yang tidak seagama, seperti wakil walikota Solo dan Ahok yang menjadi wakil gubernur DKI. Juga pada fakta bahwa saat pemerintahan Jokowi-lah, keterangan Penghayat Kepercayaan bisa ditulis dengan gamblang di KTP masyarakat. Ini menjadi indikator bahwa Jokowi sangat menghargai perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat, dan ini menjadi dasar yang baik untuk membangun toleransi.
Tapi entah mengapa, Jokowi jadi irit bicara jika menyangkut masalah penolakan pembangunan gereja. Memang masalah tersebut adalah otoritas pemerintah daerah setempat.Â
Hanya saja apa yang terjadi jika pemerintah daerah tidak seperti Bupati Minahasa Utara yang sangat responsif pada masalah di perumahan Agape, sehingga dalam hitungan hari, IMB Masjid langsung keluar? Atau bagaimana jika pemerintah daerah tidak seperti bupati Luwu Utara yang mendukung pembangunan gereja di wilayahnya, bahkan ikut menyumbang 100 sak semen dari kocek pribadinya?
Jika pemerintah daerah cuek bebek atau cari aman dan pemerintah pusat juga sebelas dua belas, maka masalah-masalah seperti ini pun akan semakin berlarut-larut.
Yang menarik, di tengah-tengah polemik tersebut muncul isu kalau Ahok menjadi salah satu kandidat kuat memimpin ibu kota negara yang baru di Kalimantan Timur. Para pendukung pasti kembali bahagia dengan berita ini.
Isu ini mendorong munculnya opini nyeleneh yang berkembang di linimasa, jangan sampai kabar ini hanya untuk mengalihkan fokus para pendukung yang sudah kecewa karena Jokowi dan jajarannya "loyo" terkait masalah intoleransi.
Merunut rentetan peristiwa yang terjadi, wajar saja opini seperti ini berkembang. Kita berharap mudah-mudahan itu hanya ungkapan kekesalan saja, bukan fakta yang sebenarnya. Karena jika benar itu yang terjadi, bukan masalah nostalgia lagi, bukan masalah Ahok atau bukan Ahok lagi yang kita hadapi. Jokowi sedang melakukan spekulasi yang berbahaya, seperti pemain judi yang memasang terlalu banyak taruhan pada kartu yang jelek.
Masalah intoleransi jika dibiarkan berlarut-larut, bisa lebih cepat menular dari virus corona dan bisa membawa bangsa ini ke ambang perbecahan.(PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H