Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Pelabuhan Berwarna Tembaga

15 Februari 2020   20:12 Diperbarui: 15 Februari 2020   22:19 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asmara telah usai berganti dengan nelangsa
kapal layar akan segera meninggalkan kota
membawa kepingan cinta
dan doa
jauh ke balik kabut yang menyelimuti samudra.

Pada senja yang tidak mau berpisah dengan siang
daun jati terakhir jatuh ke tanah
pamit pada matahari musim gugur.

Di ujung pelabuhan yang berwarna tembaga
wanita itu mengelus kepingan cinta lain
yang dititip dalam rahimnya
menunggu
berharap kabut akan menyingkap pagi yang cerah untuk mereka.

--- 

kota daeng
15 februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun