Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Partai Allah Mestinya Ciptakan Surga

11 Februari 2020   21:38 Diperbarui: 11 Februari 2020   21:52 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kongres PAN. Gambar kompas.com

Setelah pengumuman itu, mereka pun dipersilakan untuk menyantap makanan dan minuman di depan mereka. Tentu saja, karena tidak boleh menekuk tangan atau siku, mereka mengalami kesulitan untuk memasukkan makanan dan minuman ke dalam mulut.

Beberapa orang pun mencoba mengakali keadaan itu. Setelah menyendok nasi dan lauk ke piring, ada yang memakan langsung makanan dari piring seperti cara menghabiskan makanannya. Ada juga yang mencoba melempar potongan lauk ke mulutnya seperti orang yang melempar biji kacang. Tapi makanan jadi berceceran dan tumpah di sana-sini.

Ada yang karena tidak sabar langsung menjulurkan lidahnya ke mangkuk sup, tapi langsung dimarahi oleh tamu yang lain.

Begitu pun dengan minuman. Karena siku tidak boleh ditekuk, ada yang mengangkat tinggi-tinggi gelasnya untuk menuang isinya langsung ke dalam mulut.

Air dari gelas memang tumpah mengarah ke mulut tamu tersebut, tapi lebih banyak yang jatuh ke arah lain dan membahasi baju tamu di samping kiri dan kananya. Tetangga pun marah besar dan balas menyiram dengan minuman miliknya. Kekacauan pun terjadi.

Kekacauan kecil-kecilan akhirnya membesar dan acara perjamuan itu tidak berlangsung sebagaimana mestinya lagi. Sejumlah tamu karena jengkel pun naik ke meja makan dan seperti anjing, mulai memakan apa saja yang bisa dijangkau mulutnya. Kursi-kursi, sendok dan garpu terbang di sana-sini. Suasana benci dan amarah begitu terasa di ruangan perjamuan itu.

Malaikat Tuhan pun buru-buru menarik si anak yang nampak kebingungan melihat pemandangan tersebut.

"Ayo kita pindah, Nak. Mereka bisa terlibat kekacauan itu berjam-jam bahkan berhari-hari."

Mereka pun berpindah tempat dan beberapa waktu kemudian sudah berada di surga.

Ternyata gedung bangunan surga hampir serupa dengan neraka. Bangunannya megah dan di dalam gedung banyak tamu yang menunggu perjamuan besar diselenggarakan. Para tamu nampak akrab satu sama lain. Ada yang sedang berdansa, ada yang menikmati wine, menikmati alunan live piano, persis seperti di neraka.

Rasa penasaran si anak mulai terjawab begitu genta raksasa berbunyi dan petugas protokoler acara mengundang semua tamu masuk ke ruangan tempat perjamuan diadakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun