Saking pengennya aku menerima angpao, amplop berisi lembaran-lembaran uang itu pun hadir dalam mimpi. Amplop-amplop merah mungil berjatuhan dari langit seperti hujan. Aku pun berlari kesana kemari mengumpulkannya sebanyak mungkin. Senang sekali rasanya.
Sayang, itu hanya mimpi. Saat kembali kepada kehidupan nyata, aku tahu angpao bukan sesuatu yang bisa aku dapatkan begitu saja. Keluargaku sangat sederhana. Bahkan untuk ukuran sebuah keluarga, kami juga begitu sederhana. Hanya ada aku, ayah dan Rendi.
Ayah memang masih memiliki darah Tionghoa. Tapi sepertinya sudah sejak lama dia putus hubungan dengan keluarga besarnya, entah sejak kapan. Ayah menikahi seorang perempuan yang tidak berdarah Tionghoa. Keduanya bertahun-tahun hidup berdua, di pinggiran kota Pontianak tanpa dianugerahi putera atau puteri, bahkan sampai istri ayah meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Ayah lalu mengadopsi aku sebagai bagian dari keluarga. Sedangkan Rendi anak dari panti asuhan. Tangan Rendi sangat cekatan, sehingga ayah memanggilnya untuk membantunya di bengkel motor, sekaligus tinggal bersama kami. Demikianlah keluarga sederhana kami.
Kembali ke amplop merah.
Setiap kali imlek, aku hanya menahan napas melihat ayah memberi amplop merah pada Rendi, tapi tidak padaku.
Juga Imlek kali ini.
Setelah menerima angpao pemberian ayah, Rendi memamerkannya padaku seolah-olah tahu aku juga sangat menginginkannya.
"Tidak usah marah, Chiro. Kamu juga akan dapat angpao kok..." ucap Rendi sambil mengelus-elus kepalaku.
"Benarkah?" seruku, tapi yang terdengar pasti hanya gonggongan kecil.
"Kamu senang sekali sepertinya," ucap Rendi lagi sambil tertawa renyah.
Ayah lalu keluar sambil membawa mangkuk berukuran sedang. Isi mangkuk langsung ditumpahkan ke piring makanku. Tulang sapi yang dimasak dengan kacang merah. Aromanya lezat sekali. Ayah juga mengelus-elus kepalaku.
"Angpao untuk kamu bukan uang tunai, Chiro, tapi dalam bentuk makanan kesukaan kamu," kata Rendi.
"Ayo, makan Chiro, hari ini kita semua harus gembira," sambung Ayah.
Betul. Angpao memang menarik. Tapi untuk anjing kecil sepertiku, tulang sapi ini jauh lebih menarik, dan mengenyangkan.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H