Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Asa pada Yenny Wahid, Komisaris Baru Garuda Indonesia

24 Januari 2020   21:19 Diperbarui: 24 Januari 2020   21:14 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://finance.detik.com/

Belum lama ini, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk kembali merombak susunan direksi dan komisarisnya. Yang menarik, ada nama Yenny Wahid pada susunan Komisaris yang baru. Putri kedua almarhum Gus Dur ini dipilih menjadi Komisaris Independen berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham luar biasa (RUPSLB).

Selama ini Yenny Wahid lebih dikenal berkecimpung di dunia politik, bukan tokoh yang memiliki latar belakang dunia penerbangan. Tapi Menteri BUMN, Erick Thohir sendiri sudah memberi klarifikasi kalau seorang komisaris tidak membutuhkan pengetahuan secara detail tentang hal-hal teknis karena itu bisa diserahkan kepada tim ahli. Komisaris lebih berfungsi kepada pengawasan tata kelola organisasi dan manajemen. Apalagi Yenny Wahid bertugas sebagai komisaris independen, yang lebih banyak memberi masukan dari perspektif masyarakat luas.

Terpilihnya Yenny Wahid bersama bersama wajah-wajah baru lainnya di jajaran Komisaris PT. Garuda Indonesia membawa angin segar. Kehadiran mereka diharapkan dapat membawa kabar baik bagi pembenahan berbagai persoalan dalam perusahaan penerbangan plat merah tersebut.

Kita ketahui bersama, penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton dalam pesawat Garuda yang baru didatangkan dari Prancis Desember lalu berujung pada pemecatan Dirut Garuda dari jabatannya. Kasus ini langsung menyedot perhatian masyarakat luas, sehingga kita seperti sedang mengamati puncak dari gunung es permasalahan dalam perusahaan penerbangan itu.

Jika personal selevel Dirut saja berani "bermain api" dengan melangkahi prosedur-prosedur standar dalam penerbangan, bisa kita bayangkan permasalahan-permasalahan seperti apa lagi yang bisa terjadi di dalam perusahan. Tidak heran, dari segi bisnis PT. Garuda Indonesia kerap tekor dan sering kali terjadi friksi dalam manajemen perusahaan. Beberapa waktu terakhir ini dunia maya juga dihebohkan dengan cuitan akun @digeeembook tentang pejabat-pejabat teras di PT. Garuda Indonesia. Bukan masalah good corporate governance sepenuhnya, tetapi lebih condong kepada masalah yang bersifat privacy. Benar atau tidak, wallahualam. Tapi banyak warganet yang mengamini cuitan-cuitan tersebut.

Jadi intinya permasalahan Garuda Indonesia memang sangat kompleks.

Kembali kepada sosok Yenny Wahid. Apa sebenarnya yang membuatnya terpilih menjadi komisaris perusahaan penerbangan tersebut?

Kita lihat dari perspektif yang lain. Yenny Wahid sendiri punya karir panjang sebagai wartawan. Perempuan kelahiran Jombang 45 tahun lalu itu sudah pernah mengadakan liputan di Timor Leste pada tahun 1997, di mana saat itu banyak reporter yang justru berusaha keluar dari Timor Leste. Liputannya pasca referendum saat itu membuatnya memperoleh anugerah penghargaan Walkley Award, sebuah penghargaan bergengsi untuk jurnalis yang diselenggarakan di Australia.

Penerima gelar Master of Public Administration dari Harvard University ini juga pernah menjabat sebagai staf khusus bidang Komunikasi Politik pada era Presiden Gus Dur, ayahnya, dan Presiden SBY.

Sebagai mantan jurnalis Yenny Wahid pasti memiliki insting yang kuat dalam "mengendus berita" dan mengolah berbagai informasi secara cepat dan akurat. Pengalaman dan kompetensi ini dapat menjadi titik tolak yang baik untuk mulai membenahi PT. Garuda Indonesia dari aspek non-bisnis. Sebagai perempuan dan ibu, Yenny Wahid juga diharapkan dapat membawa insight baru dalam membenahi masalah-masalah yang berhubungan dengan gender.

Garuda adalah icon penerbangan tanah air yang namanya sudah mendunia. Sayang jika "kekacauan" dalam perusahaan tidak segera diperbaiki, sehingga dapat membawa dampak yang lebih buruk bagi kinerja dan nama baik perusahaan. Mari menggantungkan harapan pada sosok Yenny Wahid dan wajah-wajah baru pada deretan komisaris perusahaan. Kita tunggu gebrakan mereka. (PG)

---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun