Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Memimpikan Kakek yang Dimasak dalam Kuali

26 Desember 2019   18:00 Diperbarui: 26 Desember 2019   18:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa tahun ini setiap musim hujan tiba, rumah kami tidak terjangkau banjir. Tapi sepertinya tahun ini hujan turun lebih deras dan lebih lama, sehingga rumah kami kebanjiran juga.

Air yang masuk ke dalam rumah mencapai mata kakiku. Memang tidak separah rumah-rumah di tempat lain seperti yang banyak diberitakan, ketinggian air bisa sampai betis, perut orang dewasa, bahkan ada keluarga yang harus tinggal di lantai dua rumah mereka.

Tapi sekalipun hanya sebatas mata kaki, banjir cukup bikin repot abah dan emak. Mereka harus memindahkan barang-barang elektronik ke tempat yang lebih tinggi, ke atas meja-meja dan lemari.

Kemarin dulu air sempat surut tapi kemudian naik kembali.

Sudah dua hari ini listrik padam, jadi pada malam hari kami menggunakan lilin sebagai pengganti lampu listrik.

Abah dan emak bergantian tidur kalau malam, takut saat banjir meninggi tiba-tiba semua masih enak tidur. Aku kadang juga tidak bisa tidur karena memikirkan nasib sekolah kami yang berada di daerah yang lebih rendah, jadi setiap musim banjir seperti ini, pasti tenggelam. Akibatnya anak-anak sekolah diliburkan dan aku tidak bisa bertemu teman-teman sekolahku berhari-hari lamanya.

Pada hari ketiga, menjelang maghrib, ada ikan lele besar yang nyasar ke dalam ruang tamu, mengikuti genangan air. Emak sempat berteriak takut karena mengira hewan itu ular. Abah menenangkan lalu berusaha menangkap ikan lele tersebut. Sepertinya ikan lele "kesasar" sudah kelelahan sehingga tidak banyak melawan lagi, jadi mudah saja ditangkap.

Emak pun memasak ikan lele itu. Dimasak kari, salah satu makanan favoritku. Karena ukurannya besar, dagingnya cukup banyak. Kami pun membaginya dengan tetangga sebelah rumah.

Malam harinya aku bermimpi dikejar-kejar seorang kakek yang berpenampilan seperti empu. Sejauh dan secepat apapun aku berlari, kakek itu selalu bisa menyusul tepat di belakangku. Aku sampai kehabisan tenaga dan terduduk jongkok sambil ketakutan setengah mati.

Ternyata kakek itu tidak berbuat jahat kepadaku. Dia malah memberiku makanan, singkong rebus yang aromanya bikin air liur menetes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun