Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Remah-remah Purnama

21 Desember 2019   20:03 Diperbarui: 21 Desember 2019   20:08 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari artmonument.ru


Plung!

Bulan terakhir tercebur ke laut
tidak terlalu dalam tapi samudra sudah menelannya.
Apa langit malam kita akan dilanda kegelapan?
atau dewa akan mengasuh satu atau dua bintang
untuk menggantikan purnama-purnama itu?

Entahlah
tak usah kau pikirkan
ayo habiskan martabak manis tapi tak semanis senyummu
lalu aku antar kamu pulang.

Tanpa rembulan
jalanan akan lebih dingin dari kerinduan
dan lebih gelap dari kesepian.

Plung!
Potongan martabak manis terakhir tercebur ke laut
tidak terlalu dalam tapi samudra sudah menelannya.

Tidak ingin pulang, katamu.
Baik
mari menyusuri bibir samudra
mengumpulkan remah-remah purnama di antara pasir
Siapa tahu
remah-remah itu bisa kita rekatkan satu sama lain
walau hasilnya nanti tak sempurna
paling tidak langit kita bercahaya kembali.

---

kota daeng, 21 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun