Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan Pertama

7 November 2019   20:52 Diperbarui: 7 November 2019   21:01 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan pertama jatuh di antara cahaya tembaga
memanggil kenangan dari senja yang sama di waktu yang berbeda
gelak tawa
air mata
dan semua siluet memori
bangkit bersama aroma petrikor yang enggan sembunyi.

Kita terjebak di antara rintik-rintik dan halte yang sepi
aku mendekap tubuhmu
kita berbagi kehangatan yang tak bisa diberi senja
semesta pun belajar menulis aksara asmara
dan menorehkan nama kita di sana.

Sampai hujan pertama mereda.
dan semua kenangan segera dibawa cahaya tembaga
aku pun melanjutkan perjalanan
tanpa gelak tawa
atau air mata
sendiri
membawa aroma petrikor yang masih enggan sembunyi.

--- 


kota daeng, 7 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun