Hujan pertama jatuh di antara cahaya tembaga
memanggil kenangan dari senja yang sama di waktu yang berbeda
gelak tawa
air mata
dan semua siluet memori
bangkit bersama aroma petrikor yang enggan sembunyi.
Kita terjebak di antara rintik-rintik dan halte yang sepi
aku mendekap tubuhmu
kita berbagi kehangatan yang tak bisa diberi senja
semesta pun belajar menulis aksara asmara
dan menorehkan nama kita di sana.
Sampai hujan pertama mereda.
dan semua kenangan segera dibawa cahaya tembaga
aku pun melanjutkan perjalanan
tanpa gelak tawa
atau air mata
sendiri
membawa aroma petrikor yang masih enggan sembunyi.
---Â
kota daeng, 7 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H