Tentu memilih siapa-siapa saja yang bakal duduk di kabinet jilid II nanti adalah hak prerogatif presiden. Dan siapapun yang terpilih, pasti didasari oleh alasan dan analisis kuat dari Jokowi beserta "tim seleksi".
Sayangnya alasan- alasan ini biasanya tidak dikemukakan secara gamblang di depan publik, apalagi jika menyangkut argumen berbau politik. Inilah yang kerap menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat.
Contoh paling aktual adalah isu yang sudah nyaring terdengar jika Pak Prabowo kemungkinan besar akan mengisi kursi Menteri Pertahanan RI.
Wow!
Itu reaksi spontan saya mengetahui kabar tersebut. Saya yakin banyak pembaca yang juga punya reaksi sama.
Hati kecil saya bertanya, "Kok bisa ya?" Bukannya saat perhelatan pilpres lalu kedua tokoh ini menjadi simbol yang sangat kasat mata tentang polarisasi kekuatan politik tanah air. Rasanya hampir habis energi bangsa ini tersita karena polarisasi dan kompetisi politik tersebut.
Tapi setelah merenung-renung, saya kembali kepada pemikiran awal seperti yang tertulis pada paragraf pembuka artikel ini. Ya, pasti ada alasan kuat dibalik penunjukan Pak Prabowo.
Tidak ada yang salah sebenarnya. Apalagi Pak Prabowo memang punya latar belakang militer dan sejak muda terkenal cerdas. Ini modal awal yang diperlukan jika benar-benar didapuk mengisi posisi Menhan. Memang pada akhirnya karir militernya tidak secemerlang super moon.
Tapi prestasi membangun karir politik hingga merintis dan membesarkan sebuah partai serta menjadi kandidat presiden dua kali tidak boleh kita anggap remeh. Hal ini cukup mencerminkan keinginan kuat Pak Prabowo untuk berdedikasi kepada masyarakat dan bangsa kita.
Tapi jika harus mengisi posisi Menhan, saya rasa Pak Jokowi sedang berspekulasi dengan risiko yang cukup tinggi. Paling tidak ada dua hal terkait karakter Pak Prabowo yang harus diberi perhatian khusus.
Temperamen
Pak Prabowo itu tipe orang yang impulsif dan (suka) meledak-ledak. Beberapa kali terlihat dia tidak terlalu menimbang dengan baik kata-kata yang akan dikeluarkan, terutama jika dituntut untuk bersikap spontan. Seringkali reaktif ketimbang antisipatif.
Karakter ini cukup terlihat saat debat terbuka menjelang pilpres, kadang-kadang saat menjawab pertanyaan atau wawancara dengan wartawan atau keadaan lain. Masih membekas di ingatan kita saat pak Prabowo mengeluarkan pernyataan yang kurang etis di tengah-tengah acara duka kepergian Ibu Ani Yudhoyono.
Jika benar-benar menjadi Menhan, Prabowo harus berhati-hati dengan karakternya yang satu ini. Jangan sampai menjadi kontraproduktif dengan karakter Presiden Jokowi yang terkenal mengutamakan diplomasi dalam menyelesaikan masalah demi masalah.
Mudah Percaya
Yang dimaksud di sini adalah sikap Pak Prabowo yang sekali percaya pada orang-orang tertentu, dia akan memegang kepercayaan tersebut lekat-lekat, tanpa banyak menimbang atau menganalisis lebih dalam lagi. Dalam arti tertentu ini cukup positif. Tapi ada juga negatifnya jika ternyata orang kepercayaan tersebut membisikkan sesuatu yang salah.
Masih ingat bukan, dengan tragedi  "sujud syukur" yang terjadi dua kali setiap usai hari pencoblosan? Masih ingat juga bagaimana reaksi Prabowo Cs menyikapi drama oplas Ratna Sarumpaet? Nah, blunder ini bukan sepenuhnya salah Pak Prabowo. Hanya saja Pak Prabowo terlalu percaya pada pembisik-pembisiknya saat itu.
Nah, kemenhan memiliki otoritas pengelolaan anggaran raksasa hingga lebih dari 127 triliun Rupiah tahun depan, untuk memastikan terciptanya stabilitas dan keamanan bangsa Indonesia. Bahaya bukan, jika pucuk pimpinan kementeriannya kurang mampu menganalisis dan menerima "sinyal" yang salah dari para pembisik lalu memercayainya begitu saja. Bagaimana dengan pengambilan keputusan taktis dan strategisnya?
Dua hal ini harus menjadi perhatian Presiden-Wakil Presiden terpilih jika benar-benar menunjuk Pak Prabowo sebagai Menhan. Ini sekadar opini pribadi. Memang terkesan sangat subjektif, tetapi saya merasa harus menulis artikel ini untuk menjadi bahan pemikiran bersama sekalian curhat kepada pembaca sekalian, biar lebih plong.
Sekali lagi, pasti ada alasan kuat di balik penunjukan Pak Prabowo, dan jika memang demikian yang akan terjadi, pasti Presiden dan Wapres, Jokowi-Maruf Amin sudah memiliki stategi-strategi lanjutan untuk memastikan setiap menteri dalam kabinet yang memiliki beraneka ragam karakter dapat bekerja maksimal untuk bangsa dan negara kita. Semoga (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H