Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Jalan Kedua

7 Oktober 2019   21:26 Diperbarui: 9 Oktober 2019   23:53 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi jalan-jalan gelap di hutan. (sumber: pixabay)

Aku memilih jalan kedua
di antara hutan hujan tropis
rumah terakhir untuk anak-anak sungai yang merindu samudra
dan primata yang meninggalkan gemanya
memantul di antara pohon bersulur.

Selimut-selimut ozon disibak satu satu oleh matahari
bumi nyaris telanjang
bahkan margasatwa malam hampir kehilangan tempat tinggal
mereka tidak bisa banyak memilih.

Aku memilih jalan kedua
bersama reptil yang lidahnya menyerupai ujung ranting
dan burung elang yang telah menjelajahi tujuh samudra
untuk hinggap kembali pada dahan yang sama.

aku memilih jalan kedua
tempat anak-anak peradaban merindukan rumah yang belum pernah mereka tinggali
dan para sepuh menceritakan dongeng yang belum pernah mereka dengarkan.

Di depan kita hanya ada dua jalan, Sahabatku
jalan pertama
adalah jalan yang lapang sejauh mata memandang
bahkan ujungnya pun tak nampak di penglihatan.

Begitu pula jalan kedua
tapi aku memilih jalan kedua
sebab aku lebih memilih tersesat di antara belantara
mungkin dikejar-kejar serigala
atau lemas dibelit anaconda

Tapi inilah rumah terakhir
yang dihadiahkan Ibu bumi
kepada kita yang seringkali lebih suka melapangkan jalan yang akan dilewati
dibanding mensyukuri jalan yang telah kita tapaki.

---


kota daeng, 7 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun