Apa yang anda pikirkan dari cuplikan puisi tersebut?
Ya, kita bisa menggarisbawahi satu kata yang menjadi napas dari bait tersebut, bahkan dari seluruh puisi, kesetiaan. Dan inilah yang menjadi puncak dari cinta sejati, kesetiaan.
TawakalÂ
Pelajaran kedua dari puisi tersebut adalah sikap tawakal. Kematian adalah sebuah keniscayaan. Â Sekalipun merasakan duka luar biasa yang membuatnya tersentak dengan hebat. Habibie pada akhirnya mampu menerima peristiwa itu dengan tawakal.
Kata-kata pada awal puisi menguatkan pesan tersebut
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Seluruh puisi pun ditutup kembali penegasan kalau kita sebagai manusia fana harus selalu berserah kepada kehendak Sang Khalik. Â
Selamat jalan, kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku, selamat jalan calon bidadari surgaku
Demikianlah pelajaran kehidupan yang bisa dipetik dari puisi abadi Habibie untuk Ainun. Saat ini kita seperti berada di posisi B.J Habibie saat Bu Ainun pergi. Kita sama-sama kehilangan orang yang dicintai.
Semoga puisi ini pun dapat memberi penguatan kepada kita.
Selamat jalan, Bapak Bangsa, Habibie. Damai senantiasa besertamu. Semoga bertemu kembali bidadari surgamu, sang cinta sejati. (PG)