Saat itu kakek-kakek yang pertama kali bertemu mereka mengajak mampir untuk ikut bersama-sama dalam pesta desa sambil menunggu kendaraan mereka diperbaiki oleh warga desa yang lain.
Padahal, sebelumnya, sudah diwanti-wanti oleh penjual cilok yang mereka temui di jalan dari arah kota agar dalam hutan tidak mampir kemana-mana dan tetap melanjutkan perjalanan apapun yang terjadi.
Tapi toh mereka tetap menerima ajakan kakek-kakek tersebut. Bahkan Wahyu tanpa beban menikmati hidangan yang disuguhkan kepada mereka. (Yang kemudian ternyata ketahuan makanan khas lelembut. Ini membuat Wahyu beberapa hari muntah-muntah setiap mengingat kejadian tersebut)
Tapi di sisi lain, sikap mereka menerima ajakan untuk mampir ke pesta desa, yang ternyata kampung lelembut, juga bisa jadi keputusan yang tepat. Bisa saja ada musibah lain terjadi jika mereka menolak ajakan tersebut dan tetap melanjutkan perjalanan.
Sifat cueknya yang lain terlihat saat Widya membangunkannya untuk mengikuti Bima yang keluar sendirian malam-malam. Wahyu enggan menuruti Widya, membuat Widya terpaksa mengekori Bima sendirian yang ternyata menuju ke Tipak Talas, tempat paling terlarang untuk dimasuki warga desa karena dikeramatkan. Peristiwa itu pun menjadi permulaan klimaks seluruh kisah ini.
Walaupun terkesan cuek dan suka mengumpat, Wahyu ternyata punya perhatian pada kawan-kawannya. Wahyu-lah yang pertama kali menghampiri Widya saat berada dalam keadaan trance dan tiba-tiba menari di depan rumah yang mereka tinggali. Wahyu pula yang awalnya mengetahui kalau Bima itu suka keluar rumah diam-diam di malam hari.
Saat Widya baru diobati oleh Mbah Buyut karena diikuti oleh sosok penari, Wahyu-lah yang membantu Widya agar lebih tenang dan tidak usah banyak pikiran dulu.
Sifat peduli ini juga yang membuatnya bersedia membantu teman-temannya membelikan persediaan dan kebutuhan KKN mereka ke arah kota yang kemudian harus membuatnya mengalami kejadian mistis bersama Widya.
Jadi kesimpulannya, walau bukan menjadi tokoh sentral pada kisah KKN di Desa Penari, kehadiran Wahyu ikut memberi warna pada kisah ini. Karakternya sangat khas namun cukup mudah kita temukan di sekitar kita, suka mengumpat, ngomong ceplas-ceplos, rada cuek tetapi tetap peduli dan menghargai orang di sekitarnya.
Mungkin sifat inilah yang membuatnya lolos dari radar para makhluk gaib. Sebaliknya, Bima yang sebenarnya cukup religius, malah menjadi kunci yang membuka pintu bencana desa penari tersebut karena perbuatan-perbuatannya yang melanggar norma dan agama.
Pembaca yang sudah melahap kisah KKN di Desa Penari, bagaimana menurut Anda?