Putri tersenyum
dia melihat di langit-langit kamar bulan sabit lengkungkan senyum
di sebelah kirinya gugus bintang terdekat membentuk kubah istana
dan menara-menara penjaga di sekitarnya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Bola mata Putri berpijar
dia baru menyadari semarak bintang-bintang di sana
kamarnya seperti pesawat ruang angkasa di sebelah galaksi Andromeda.
Di luar jendela
malam bersedekap rapat
karena angin membawa butiran-butiran hujan dari langit.
Tetapi wajah Putri bersemu
dia memandang api unggun yang membuatnya tetap hangat
api unggun yang sama di tengah-tengah perkemahan pramuka
dan suara mereka menyanyikan lagu kemesraan
masih menggema di dalam kepala.
Pun genggaman kekasih hatinya
tiba-tiba terasa di telapak tangan kanannya
Air mata mengalir turun ke pipi Putri
tapi dia masih tersenyum
seperti bulan sabit yang sebentar lagi akan terbenam.
Pintu kamar berderak
seseorang berdehem
seluruh kamar tiba-tiba menjadi gelap gulita
karena wajah ayah tirinya muncul di ambang pintu.
Putri menenggelamkan kepalanya dalam-dalam di bawah selimut
bersedekap rapat
seperti malam yang dibekap mendung dan hujan.
---
kota daeng, 4 Agtustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H