Contoh ilustrasinya seperti ini: jika bapak X memiliki jumlah aset sebesar Rp800.000.000 serta memiliki saldo pinjaman KPR sebesar Rp180.000.000 dan pinjaman mobil sebesar Rp120.000.000 maka debt to asset ratio bapak X adalah (Rp180.000.000 + Rp120.000.000) dibagi Rp800.000.000 dikali 100% atau sebesar 37,5%.
Semakin kecil rasio ini semakin baik untuk pengelolaan keuangan. Idealnya debt to asset ratio maksimal 50% atau dengan kata lain jumlah dari total seluruh utang maksimal setengah dari jumlah aset kita. Ini untuk menjaga jika kemungkinan terburuk terjadi, kita harus melunasi seluruh utang, maka kita memilik aset yang memadai untuk hal itu.
Setelah melunasi seluruh utang kita pun masih memiliki kekayaan bersih (jumlah aset dikurangi dengan jumlah utang) yang dapat digunakan untuk pengelolaan keuangan selanjutnya.
Likuiditas (Liquidity Ratio)
Likuiditas adalah jumlah aset lancar dibandingkan dengan jumlah pengeluaran bulanan. Aset lancar yang dimaksud di sini adalah uang tunai, tabungan jangka pendek (termasuk dana darurat) dan aset lain yang bisa dicairkan menjadi uang tunai dalam waktu singkat.
Idealnya likuiditas sebesar tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan kita. Kegunaan dari likuiditas ini adalah jika sewaktu-waktu pendapatan terhenti (misalnya terkena PHK atau usaha macet) kita masih memiliki persediaan dana untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari sampai pendapatan kita stabil kembali.
Rasio likuiditas ini terkait juga dengan rasio aset lancar dibandingkan dengan jumlah kekayaan bersih. Rasio aset lancar idealnya sebesar 15%-20% dari kekayaan bersih.
Jadi jika rasionya terlalu kecil atau terlalu besar kurang baik dampaknya bagi keuangan kita. Jika terlalu kecil kita bisa mengalami kesulitan menyediakan dana cadangan jika sewaktu-waktu pendapatan terhenti, seperti ilustrasi di atas. Tapi jika rasionya terlalu besar maka kita berpotensi kehilangan pendapatan karena pada umumnya aset lancar ini memiliki imbas hasil yang lebih kecil dibanding aset yang kita gunakan untuk investasi.
Nah, setelah mengetahui beberapa contoh rasio keuangan tersebut, kita bisa menghitung bagaimana posisi keuangan kita saat ini dan yang terpenting adalah bagaimana rencana keuangan kita selanjutnya?
Rasio-rasio keuangan yang dipaparkan di atas adalah teori keuangan yang umum digunakan. Tentu saja implementasinya pada kehidupan sehari-hari sangat tergantung dari keadaan keuangan kita masing-masing. Salam akhir pekan (PG)
---
Baca juga:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H