Bukan hanya melaporkan detail bencana secara aktual, seringkali beliau juga harus melawan hoaks dan berita simpang siur tentang bencana yang terjadi di tengah-tengah masyarakat lewat cuitan akun sosial medianya.
Saya tidak mengenal mendiang Sutopo Purwo Nugroho secara pribadi. Kenal pertama pun karena menjadi pengikut akun sosial media twitter pribadinya yang cukup aktif mencuitkan peristiwa-peristiwa bencana di tanah air secara aktual. Circle teman-teman twitter juga cukup banyak yang menjadi pengikutnya.
Namun ada beberapa hal yang membuat saya melihat beliau berbeda dengan kebanyakan selebtwit lain (katakanlah seperti itu. Pengikutnya lebih dari 235 ribu orang loh dan setiap kicauannya dikicaukan kembali puluhan hingga ribuan kali). Beliau juga sangat akrab dengan warganet. Sedapat mungkin beliau berusaha menjawab komentar warganet di kicauannya. Kemudian walaupun mengemban jabatan yang penting, beliau berusaha tetap ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan warganet, bahkan kadang-kadang dibarengi dengan candaan.
Bulan Oktober tahun lalu, beliau mencuitkan keinginannya untuk bertemu dengan penyanyi Raisa. Kicauan itu pun disambut dengan meriah. Keinginan tersebut diaminkan oleh banyak warganet, sehingga saat itu tagar #RaisaMeetSutopo sempat menjadi trending topic. Gayung bersambut. Raisa pun meluangkan waktu untuk mewujudkan keinginan beliau untuk bertemu dan bertukar sapa. Ah, saat mereka bertemu, warganet pun ikut berbahagia. Â Â
Di luar sifat rendah hati dan keramahtamahannya, beliau juga sangat berdedikasi pada tugasnya sebagai orang terdepan pada divisi public relation BNPB. Setiap kali ada bencana terjadi, baik skala besar maupun kecil, beliau cukup tanggap dengan melaporkan keadaan terkini terkait bencana tersebut lewat akun sosial medianya. Masyarakat sangat dimudahkan memantau perkembangan situasi dan kondisi paska bencana terjadi.
Bukan hanya melaporkan detail bencana secara aktual, seringkali beliau juga harus melawan hoaks dan berita simpang siur tentang bencana yang terjadi di tengah-tengah masyarakat lewat cuitan akun sosial medianya.
Luar biasanya, semua dedikasi tersebut dilakukan pada waktu bersamaan dengan segala ikhtiarnya melawan kanker paru-paru stadium 4 yang sudah dideritanya sejak pengujung tahun 2017.Â
Saya masih ingat paska gempa yang diikuti tsunami di Palu lalu, mendiang juga ikut melaporkan perkembangan kota Palu, Donggala dan daerah sekitarnya dengan telaten baik melalui media sosial pribadi maupun melalui jumpa pers, padahal saat itu beliau juga sedang dalam masa pengobatan.
Oleh karena itu, mendengar kabar duka dari Guangzhou, China tadi pagi saya sangat terkejut. Dari linimasa sepanjang hari ini, saya melihat banyak warganet yang juga mengungkapkan belasungkawanya.
Pada profil akun twitter-nya mendiang menuliskan dirinya adalah penyintas kanker paru stadium 4B. Penyakit kanker yang dideritanya rupanya sudah menjalar sampai ke tulang dan organ lainnya. Kepergian beliau ke Guangzhou, China sejak tanggal 15 Juni lalu dalam rangka pengobatan lanjutan. Pada hari keberangkatan tersebut, beliau masih sempat menulis status tentang peta hotspot di Indonesia di linimasa twitternya. Â
Saya yakin, kita semua masih ingin berinteraksi dengan Pak Soetopo lebih lama lagi. Namun sayang, takdir menentukan jalan yang lain.
Orang baik cepat dipanggil Tuhan. Ini ungkapan yang sering kita dengar. Bisa iya bisa juga tidak, tapi bagi saya, hari ini Tuhan telah memanggil satu lagi putra terbaik bangsa. Cuitan terakhir di linimasa mendiang pada tanggal 15 Juni lalu, biarlah menjadi jejak abadi yang membuat kita semua bisa mengenang kembali segala kiprah beliau semasa hidup. Jejak tersebut biarlah jadi saksi kalau kita semua pernah memiliki pendekar BNPB yang telah berdedikasi setinggi-tingginya untuk bangsa dan negaranya.
Rest In Peace Pak Topo, semoga segala amal ibadah diterima Tuhan yang Maha Esa. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H