Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Less Plastic, More Money

10 Mei 2019   20:10 Diperbarui: 10 Mei 2019   20:18 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembaca yang gemar mengikuti berita tentang lingkungan hidup pasti sudah familiar dengan berita bahwa negara tercinta kita merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. "Prestasi" kita tersebut hanya bisa dikalahkan oleh Tiongkok saja, yang jumlah penduduknya memang lebih besar dari negara kita.

Produksi sampah plastik Indonesia diperkirakan mencapai 64 juta ton per tahun. Jadi jika dibagi dengan jumlah penduduk sebesar 265 juta orang, maka rata-rata setiap orang Indonesia menghasilkan 241 Kg sampah per tahun. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, tahun 2019 ini diperkirakan produksi sampah plastik akan meningkat menjadi 66-67 juta ton. Fantastis bukan?

Masalah berikutnya adalah dari 64 juta ton sampah plastik tersebut sekitar 3,2 juta tonnya bermuara ke laut. Sampah plastik membutuhkan waktu sangat lama, sampai ratusan tahun untuk benar-benar terurai oleh lingkungan. Dalam jangka pendek sampah plastik akan menjadi microplastic yang jika ditelan oleh hewan-hewan laut seperti ikan akan mengendap dalam jaringan tubuhnya. Bayangkan jika ikan tersebut tertangkap dan kemudian menjadi santapan manusia. Lihat, apa yang kita buang menjadi apa yang kita makan.

Oleh karena itu seruan untuk mengurangi plastik sudah begitu terdengar tahun-tahun belakangan ini. Gerakan mengurangi plastik mula-mula diinisiasi oleh aktivis lingkungan hidup dan perlahan-lahan mulai dikenal oleh masyarakat yang lebih luas.

Kiat-kiat sederhana namun begitu berarti, seperti tidak menggunakan sedotan plastik di rumah makan, membawa tas belanja sendiri dibanding menggunakan plastik belanja dari supermarket, menggunakan kotak bekal untuk membungkus makanan dan kiat-kiat lainnya saat ini sudah semakin memasyarakat. Mudah-mudahan gerakan less plastic ini semakin menjadi gaya hidup masyarakat agar lingkungan dan ekosistem kita pun semakin lestari.

Gerakan ini sangat pas dengan momentum bulan Puasa saat ini. Sebagian besar sampah plastik yang kita hasilkan berasal dari kemasan makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. 

Jadi semestinya kita lebih mudah mewujudkan gerakan mengurangi plastik, karena sepanjang siang hari kita tidak melakukan aktivitas makan dan minum seperti pada bulan-bulan lainnya, bukan? Kabar baik lainnya, selain mendukung kelestarian lingkungan, mengurangi sampah plastik juga bisa mengurangi biaya hidup kita. Ini contohnya.

Membawa botol minum sendiri. Biasakan diri membawa botol air minum sendiri ke tempat kerja atau ke tempat bepergian lainnya. Jika air bekal telah habis, botol minum kita bisa diisi ulang terlebih dahulu sebelum bepergian, dibanding membeli air mineral kemasan di jalan. Khusus selama bulan Ramadan, membawa air minum sendiri berguna jika waktu berbuka telah tiba, kita masih berada di  perjalanan pulang dari kantor atau tempat bekerja. Membawa botol minum sendiri selain mengurangi plastik juga menghemat pengeluaran pribadi.

Botol air minum yang biasa digunakan di kantor atau kegiatan di luar kantor. Gambar dokpri
Botol air minum yang biasa digunakan di kantor atau kegiatan di luar kantor. Gambar dokpri

Kumpulkan sendok/garpu plastik. Jangan buang sendok/garpu plastik yang biasa disertakan  pada makanan yang dipesan dari luar rumah. Sendok/garpu plastik ini sewaktu-waktu berguna karena dapat digunakan pada acara tertentu, misalnya anak-anak mengundang kawan-kawannya ke rumah dan lain-lain. 

Jika membutuhkan sendok dalam jumlah banyak, sendok/garpu plastik bisa digunakan tanpa perlu membeli sendok tambahan lagi. Tapi ingat, jangan gunakan sendok/garpu plastik terlalu sering dan hanya untuk makanan yang dingin, seperti sop buah dan sejenisnya. Sendok/garpu plastik tidak disarankan untuk makanan yang panas karena kandungan polymernya bisa larut dalam makanan.

Gunakan kembali wadah plastik. Wadah plastik seperti toples, botol softdrink, kotak ice cream dan lain-lain tidak mesti langsung dibuang setelah isinya habis dikonsumsi. Sejumlah wadah plastik bisa digunakan kembali setelah dibersihkan dengan baik dan dengan sedikit kreasi. 

Wadah-wadah plastik ini bisa menjadi barang yang acap kita gunakan seperti wadah air minum di kulkas, kotak pensil/pulpen, celengan, pot bunga dan kreasi lainnya. Dengan demikian selain mengurangi sampah plastik, kita bisa mengurangi biaya yang mesti dikeluarkan jika membeli barang-barang yang baru.

Demikian tiga kiat sederhana yang bisa dicoba untuk mengurangi produksi sampah plastik kita, sekaligus menghemat pengeluaran kita. Kiat-kiat lain bisa pembaca temukan sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Siapa tahu hasil penghematan yang bisa dilakukan selama bulan Ramadan ini dapat digunakan untuk membeli pakaian baru atau sedekah kepada orang yang membutuhkan. Menggembirakan, bukan?

---

Referensi:

Indonesia darurat sampah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun