Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Dewa Hitung Cepat

7 Mei 2019   20:05 Diperbarui: 7 Mei 2019   20:14 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari  https://slideplayer.com

Dewa-dewa yang menghuni bukit Galampus sedang memerhatikan kerajaan terbesar di katulistiwa. Kerajaan itu bernama Nusantara, satu-satunya kerajaan dengan sistem pemerintahan demokrasi. 

Para dewa memberi perhatian khusus karena wilayah Kerajaan Nusantara begitu luas, bisa tujuh sampai delapan kali luas kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya. Oleh karena itu keadaan sosial dan politik Kerajaan Nusantara sangat berpengaruh  pada kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya.

Apalagi Kerajaan Nusantara baru saja menuntaskan pemilihan raja baru, yang menduelkan raja petahana, Jaka Sukmajaya dengan Bayu Wibawa, ketua salah satu paguyuban besar di Nusantara.

Dewa Langit, pemimpin para dewa yang berbadan gempal dengan rambut dan janggut berwarna putih perak memberi usul kepada majelis para dewa untuk mengirim Dewa Hitung Cepat guna mengetahui siapa yang akan menjadi raja sebelum badan cacah suara mengumumkan hasilnya berminggu-minggu kemudian. Para dewa setuju.

Dewa Hitung Cepat yang masih belia, berperut sedikit buncit dengan mata sipit pertanda penuh kehati-hatian siap menerima amanat tersebut. Dia pun bersiap-siap dan turun ke dunia manusia biasa dengan Mustika Alih Persada. Setiap dewa memiliki mustika tersebut yang dapat digunakan untuk turun ke bumi atau sebaliknya akan kembali ke bukit Galampus. Mustika milik Dewa Hitung Cepat berbentuk pedang dengan gagang kayu cendana.

Sepeninggal Dewa Hitung Cepat, para dewa yang lain kembali dengan kesibukan mereka, memperhatikan keseimbangan alam semesta dan menerima puja-puji manusia.

Tiga hari kemudian, para dewa yang sedang mengadakan rapat bulanan geger karena Dewa Hitung Cepat tahu-tahu muncul di depan pintu ruang sidang dalam keadaan babak belur. Bibirnya bengkak dengan tumpukan darah mati di sudut-sudutnya. Matanya yang sipit bertambah sipit, karena kedua pipinya bonyok tidak karuan. Dia berjalan tertatih-tatih sambil menahan sakit yang tak terperi.

Dewa Langit berteriak menggelegar,

"Apa yang terjadi?!"

Dewa Hitung Cepat pun memulai kisahnya. Sambil bercerita, bibirnya bergetar menahan amarah dan sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun