Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Menyemai Kabut

6 Mei 2019   18:57 Diperbarui: 6 Mei 2019   19:07 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari jeda sejenak di atas perjalanan ini. Dari atap tebing kita bisa menyemai kabut, mengumpulkan hawa keteduhannya lalu
menyibak lapis demi lapis, sampai temukan yang terdalam dan sedang bergeming dalam kontemplasi.

Mungkin batu-batu yang bersemayam itu tidak bisa lagi bertutur sapa seperti pada awalnya, tapi gurat-gurat yang diukir masa mampu membawa kita pada kisah-kisah penuh cinta. Tentang kesetiaan, tentang kemurnian, tentang keluhuran, tentang keparipurnaan yang diwariskan semesta.

Seperti pelangi yang tidak hadir di hari cerah, kita pun perlahan-lahan memahami keindahan hidup yang dilahirkan penderitaan, pelajaran luhur yang selalu dilantangkan peradaban dari puncak-puncak bumi.

Mari menyemai kabut dalam perjalanan ini agar esok jika mahatari terik, kita bisa tetap berkontemplasi dalam keteduhan, hadirkan gurat demi gurat wajah Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun