bersama butiran mimpi
jiwa menari di atas telaga
meniti purnama perak
teratai menghitung riak.
Angin dan sepi bersenyawa
gemintang mengintip dari sela Gandarusa
jiwa menepi
menyisir rerumputan
biarkan diri luruh dalam derau semesta.
Malam genap
tapi sebagian jiwa-jiwa masih kelana
dibawa kenisbian ke tepi-tepi samudra
ke bibir telaga
ke relung sabana Â
atau puncak dunia yang bergelora.
Â
Sampai peri fajar datang lagi
untuk pastikan tiada jiwa yang tersesat kali ini.
---Â
kota daeng, 16 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H