Letusan demi letusan beraroma magis menggema memecah mayapada. Udara gemetar nyaris kehilangan asa seiring hawa panas menyengat tajam, panggil maut mengecup jiwa-jiwa para petarung. Mantra-mantra dikumandangkan. Berpeluh-peluh tangan dan tubuh di atas pentas laga, beradu energi kosmis untuk menakar siapa terkuat.
Memang, hutan dan padang pun akan gentar saat jawara kaum sihir telah bertarung. Tapi tahukah mereka yang sedang dipertaruhkan? Adakah yang lebih berharga dari damai saat masa-masa kegelapan kembali menyelimuti peradaban?
Apalagi, seperkasa apapun, para petarung memiliki masa yang telah digariskan semesta. Bila jerit nestapa dan sakratul maut telah bertemu, mereka akan jadi sepasang kekasih yang abadi.
Lalu setelah pertarungan yang sengit dan riuh usai, sepi pun menguasai tahtanya kembali meninggalkan endapan energi sihir menggantung di ceruk cakrawala. Saat sepi mulai menjelma menjadi hampa, siapakah yang terkuat selain maut? Semesta selalu punya cara untuk menjawabnya.
---Â
kota daeng, 2 April 2019. Terinspirasi dari Novel Basalto Terakhir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H