Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Debu

6 Maret 2019   21:31 Diperbarui: 6 Maret 2019   21:42 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://serc.carleton.edu/

Waktunya tiba
menanggalkan segala
lalu kepala merendah sampai tanah

Sekalipun harta berkelimpahan
tahta dan intan berlian
di hadapan pemilik semesta
kita seharga debu-debu jalanan

Waktunya tiba
merenungi segala dosa diri
yang melabur dinding-dinding hati
dan menyadari partikel-partikel diri
yang akan jadi debu pada suatu hari

Waktunya tiba
menanggalkan segala
lalu kepala merendah sampai tanah
serendah-rendah penghampaan diri
mencium debu yang sama pada telapak kaki

Untuk menyadari
kita dahulu debu
dan akan kembali ke debu

---


kota daeng, 6 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun