Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Hujan yang Menepati Janji

26 Januari 2019   21:15 Diperbarui: 27 Januari 2019   00:13 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ardi menggeleng sedih. "Aku mohon berhentilah untuk sementara waktu. Karena banjir ini, Mak tidak bisa membuka warungnya, aku tidak bisa bermain bola dengan teman-teman. Banyak orang yang harus mengungsi. Hujan, maukah kamu berjanji akan pergi jauh dari langit kami jika aku melepaskanmu."

"Tidak bisa. Aku harus melanjutkan pekerjaanku, energiku sudah penuh. Hanya saja aku tidak bisa berubah bentuk jika terkurung seperti ini."

"Kalau begitu, aku tidak akan melepaskanmu. Ayolah hujan, kamu kan masih bisa melanjutkan pekerjaanmu di langit yang lain!"

Hujan terdiam cukup lama.

"Baiklah kalau begitu. Aku berjanji, tapi ... untuk kali ini saja ya. Jika di musim mendatang aku kembali ke langit kalian ini, jangan salahkan aku."

Ardi menjerit senang. "Baik, itu sudah cukup ..." lalu mengeluarkan kupu-kupu dari jaringnya. Sang kupu-kupu lalu terbang ke luar jendela dan melesat kencang ke atas langit.

***

Setengah jam kemudian, Ardi sudah terantuk-antuk di atas bak mobil pick up milik Pak Haji Zainuddin. Di samping Ardi, duduk pula Gilang, putra sulung Pak Haji dan Gito, adik Gilang. Di sekitar mereka penuh tumpukan barang dan pakaian yang akan diungsikan untuk sementara waktu di rumah pak Haji yang lain.

Di belakang setir, pak Haji membawa mobil dengan hati-hati karena jalan keluar kampung mereka juga sudah dilanda banjir. Di sampingnya duduk Ece menggendong Dodi. Pak Haji senang sekali karena bisa membantu Ece dan keluarganya. Sejak kepergian istrinya  tercinta beberapa bulan lalu, dia melihat sifat-sifat dan pesona mendiang istrinya ada pada sosok Ece.

Saat semakin jauh meninggalkan tempat tinggal mereka, langit yang tadinya gelap dan berwarna kelabu pekat tiba-tiba mulai berona cerah. Awan-awan mendung mulai pergi satu-satu, meninggalkan kanvas langit yang biru.

Ardi memandang semua itu dari atas mobil yang terus melaju dengan senang. Hujan telah menepati janjinya.

------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun