Dari langit air telah membelah kota kami
menjadi dua, tiga, bahkan lebih
sehingga kota kami nyaris mati rasa.
Di satu tepi lalu lintas tak terkendali
di tepi kota yang lain jalan-jalan sepi
jaringan listrik mati
kehidupan pun seperti berhenti.
Di sudut kota yang satu
anak-anak telanjang berenang amat girang
di sudut yang lain
orang tua menangis pilu
mencari anaknya yang hilang
Di bawah langit yang dingin
sebagian orang menikmati tidur sebaik-baiknya
di tempat lain orang-orang berjibaku
menjauhkan barang-barang dari atas air
dan mengusir banjir sekuat tenaga.
Di sudut kota yang satu
sebagian orang rela kehilangan handphone
demi nyawanya sendiri atau nyawa keluarganya.
Di sudut kota yang lain
sebagian orang menyulap banjir
jadi meme atau pelengkap status sosial media.
Di depan jalan orang-orang menghitung
kendaraan yang telah lolos dan masih tergenang
di depan desktop para eksekutif menghitung
keuntungan tahun fiskal yang telah masuk
dan masih terhutang.
Air langit telah membelah kota kami
menjadi dua, tiga, bahkan lebih
kami bisa memilih
sayangnya kota kami telah mati rasa.
---
kota daeng, 23 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H