Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Happy Ending Drama Ratna Sarumpaet

4 Oktober 2018   20:43 Diperbarui: 4 Oktober 2018   20:46 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang minggu ini, perasaan kita diaduk-aduk oleh beberapa peristiwa emosional. Hari Jumat yang lalu, kota Palu dan sekitarnya diguncang gempa bumi berkekuatan lebih dari tujuh Skala Richter, yang diikuti oleh bencana tsunami. Kejadian luar biasa ini meluluhlantakan kota dan desa serta membuat korban jiwa berjatuhan. Sampai hari ini, terdata sudah lebih dari 1.400 orang meninggal dunia.

Saat perhatian kita masih tertuju pada penanganan dampak bencana di Sulawesi Tengah, di sosial media muncul kehebohan baru. Beredar kabar kalau RS (Ratna Sarumpaet), seorang aktivis yang juga bagian dari tim kampanye capres nomor urut dua, mengalami penganiayaan dan pengeroyokan di kota kembang, Bandung.

Foto wajah RS yang bengkak pun beredar di linimasa. Walaupun katanya RS enggan membuat laporan kepolisian atas peristiwa tersebut, tokoh-tokoh oposisi yang juga sekubu dengan Prabowo mulai bersahut-sahutan mengutuk peristiwa ini. Lama kelamaan dibangun opini kalau RS dibungkam karena merupakan salah satu tokoh oposisi dan meminta Presiden Jokowi memberikan klarifikasi.

Banyak warganet yang terpengaruh dan mengharapkan ada tindak lanjut dari seruan-seruan tersebut. Namun tidak sedikit juga yang meragukan cerita RS, masing-masing pihak punya argumen. Mereka yang meragukan cerita RS membandingkan foto yang beredar di dunia maya yang nampak berbeda dari RS sendiri, kemudian menganalisis wallpaper ruangan perawatan rumah sakit tempat RS dirawat. Beberapa warganet mengenali wallpaper tersebut berada kamar perawatan operasi plastik pada salah satu rumah sakit di Jakarta, bukan di Bandung seperti cerita yang beredar. Tapi keraguan-keraguan warganet itu juga mendapat bantahan dari warganet lainnya.

Namun pada akhirnya kebenaran selalu menemukan jalannya. Kemarin, kejanggalan demi kejanggalan terungkap oleh kepolisian yang mulai mengendus kasusnya. Kepolisian telah meminta data pasien di Rumah Sakit se-Bandung dan tidak menemukan pasien atas nama RS. Sebelumnya, otoritas Bandara Husein Sastranegara Bandung yang disebut-sebut sebagai TKP penganiayaan juga memberi klarifikasi bahwa tidak ada kejadian kekerasan yang pada tanggal yang disebut-sebut.

Drama semakin memuncak dengan digelarnya press release "keprihatinan" oleh Prabowo cs, kemudian ada press release dari kepolisian tentang temuan-temuan mereka di lapangan dan drama benar-benar mencapai klimaks saat pengakuan RS kalau tidak ada penganiayaan, melainkan dia baru saja melakukan operasi plastik. Sejak pengakuan dosa RS, drama masuk fase antiklimaks dan di linimasa terjadi arus balik. Tokoh-tokoh oposisi, termasuk Prabowo berbalik menjadi bulan-bulanan warganet, kendati mereka sudah meminta maaf kepada publik.

Drama sudah selesai dan kita tidak perlu terlalu lama mengumbar amarah, malah mestinya kita bersyukur karena drama ini happy ending, alias berakhir bahagia. Menurut saya, paling tidak ada tiga hal yang membuat drama ini happy ending.

Pertama, kita pada akhirnya mengetahui kalau peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan itu hoax belaka. Ini artinya kondisi RS baik-baik saja. Bayangkan, betapa malangnya nasib RS kalau peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Seorang wanita tua berusia 70 tahun dikeroyok oleh dua sampai tiga orang lelaki. Bukan hanya lebam dan babak belur, resiko terbesar malah bisa berujung kepada kematian korban. Tapi sekali lagi, syukurlah berita tersebut tidak benar adanya.

Kedua, fitnah bahwa kubu Jokowi berada di balik peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan gugur dengan sendirinya. Walaupun Jokowi sepertinya tidak mau banyak pusing dengan peristiwa tersebut, tak urung saat beritanya masih digoreng kesana kemari, cukup menimbulkan kegaduhan pada masyarakat akar rumput. Dengan pengakuan RS, ketegangan linimasa kendor kembali. Bahkan, kemarin sampai hari ini masih bisa kita temukan ucapan permohonan maaf dari tokoh-tokoh yang semula koar-koar membela RS dan membangun framing negatif tentang Presiden Jokowi.

Ketiga, karena ketahuan berbohong, RS saat ini bukan lagi bagian dari tim kampanye pemenangan Prabowo. Saya pikir ini kesempatan yang baik bagi RS untuk lebih banyak memberi waktu bagi keluarga. RS di usia yang sudah lanjut itu jadinya tidak perlu lagi menguras energi untuk mengurusi tetek bengek politik. Sesekali menjauhkan diri dari politik itu juga baik untuk kesehatan.

Jadi mestinya setelah drama ini selesai, semua pihak bersyukur. Waktunya kembali mengikuti perkembangan penanganan dampak bencana Sulawesi Tengah dan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun