"Aku bisa membantumu...," tahu-tahu hantu mata satu telah berada selangkah di depan Ervina. Dari jarak sedekat ini wajahnya nampak semakin seram. "Tapi sebagai syaratnya, kamu harus memberikan salah satu mata indahmu itu untuk melengkapi rongga mataku yang lain..."
Ervina hendak melangkah mundur, tapi kakinya seperti terpatri pada lantai.
"...ayolah, melihat masa lalu akan sangat menyenangkan," ucap hantu mata satu sembari tertawa puas.
"Tidaaaak!!" seru Ervina.
Tapi tidak ada yang peduli pada teriakan pilu tersebut. Sementara kuku-kuku tangan hantu mata satu telah mendekati wajah Ervina, dan dalam satu sentakan bola mata kanan Ervina telah berada dalam genggamannya.
***
Ervina tersentak dan terbangun tiba-tiba dari tidurnya. Sudah ada Ibu dengan wajah cemas di sampingnya, ibu pun memeluknya erat-erat.
"Kamu mimpi buruk lagi, Nak? Dari tadi kamu teriak-teriak manggil ibu dan ayah."
Ervina membalas pelukan ibunya dan mulai sesenggukan.
"Aku... aku rindu ayah, Bu...."
Ibu mengangguk, lalu melepaskan pelukannya.