Kita berserakan di halaman rumah Ibu Pertiwi
mengais dan memetik hasil buminya
menangis dan tertawa dalam naungannya.
Kita adalah darah dalam nadi yang terus bergerak
karena jantung berdetak
sesekali saling terjang karena kaki terantuk bebatuan
sesekali saling cakar karena belum mampu berkelakar.
Tapi kita sama-sama serakan yang berjuang
padu menampik musuh yang datang mengusik.
padu bersatu saat rumah diganggu.
Saat rumah diterjang badai
kita bangun yang lebih besar lagi
saat tanah mulai kering dan sakit
Kita gali bebatuan untuk alirkan sungai dari bukit
Kita selalu ada untuk Ibu Pertiwi
karena kita adalah keterpaduan dalam serakan
harmoni dalam keberagaman
energi dalam diam.
Kita telah mengarungi sejarah, prestasi dan elegi
untuk membuktikan darah masih bergerak dalam nadi
demi rumah Ibu Pertiwi.
Kini
sekali lagi kita diuji.
---
kota daeng, 17 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H