Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bos Penyabar pun Bisa Marah karena Kesalahan Ini

11 September 2018   18:32 Diperbarui: 12 September 2018   11:18 2362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para karyawan menghabiskan paling kurang sepertiga dari waktunya di tempat kerja sehingga tempat kerja dapat dikatakan menjadi rumah kedua dan rekan kerja menjadi keluarga kedua setelah keluarga dan rumah yang ditinggalkan. 

Oleh karena itu relasi dengan rekan kerja, baik yang sama maupun berbeda posisinya seringkali menjadi lebih dari sekadar relasi organisasi.

Walaupun demikian, kita tetap harus menjunjung tinggi profesionalitas di tempat kerja dengan pandai-pandai memilah urusan pribadi dan urusan pekerjaan. Banyak masalah-masalah yang mengganggu kinerja perorangan maupun kinerja tim berawal dari kesalahan ini.

Jika bos atau pimpinan kita orangnya baik dan penuh pengertian, mungkin kita masih diberi banyak kelonggaran. Tapi sebaik apapun atasan kita, tentu ada kaidah-kaidah organisasi yang membatasi dispensasi dan kebijakan yang dapat diberikannya. Kesabaran pimpinan kita pun pasti memiliki batasan, apalagi jika kita sudah sampai pada kesalahan-kesalahan tertentu.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, paling tidak ada empat kesalahan mendasar yang membuat seorang bos atau pimpinan paling sabar sekalipun bisa marah besar kepada bawahannya. Berikut ulasannya.

Laporan/Data Tidak Valid

Resep obat yang diberikan dokter kepada pasiennya sangat tergantung pada diagnosa si dokter. Salah diagnosa, bisa berujung pada salah resep dan kemungkinan besar si pasien tidak akan sembuh dari penyakitnya. Demikian pula dengan keputusan strategis sebuah organisasi.

Data-data dan laporan-laporan yang dikumpulkan dari struktur manajemen paling bawah sampai paling atas berguna untuk mendukung analisis dan pengambilan keputusan strategis organisasi. Salah data atau laporan bisa berujung pada salah keputusan yang memengaruhi arah dan percepatan organisasi.

Inilah yang membuat pimpinan bisa marah besar jika bawahannya membuat data atau laporan yang tidak valid, asal-asalan apalagi memang sengaja dipalsukan dengan berbagai alasan. 

Pimpinan kita bisa jadi juga harus mempertanggungjawabkan kinerjanya pada pimpinan yang lebih tinggi lagi, jadi kredibilitasnya juga ikut dipertaruhkan dengan hasil kerja kita.

Membocorkan Informasi Perusahaan

Ibarat rumah tangga, setiap organisasi atau perusahaan memiliki informasi-informasi internal yang tidak perlu diketahui oleh pihak luar karena memang tidak relevan untuk diketahui atau karena terkait dengan hidup matinya organisasi atau perusahaan tersebut. 

Informasi ini misalnya basis data pelanggan dan supplier, latar belakang karyawan, formula/bahan baku, sistem informasi yang digunakan, kebijakan-kebijakan strategis, kondisi keuangan dan sebagainya.

Makanya banyak perusahaan yang memasukan frase "menjaga kerahasiaan" ke dalam kode etik dan aturan-aturan kepegawaian lainnya untuk mengikat karyawan mereka. Jadi tidak usah heran jika pimpinan marah besar untuk urusan yang satu ini.

Bahkan bukan hanya informasi-informasi besar, hal-hal yang kita anggap remeh seperti kondisi kantor yang tidak menyenangkan, masalah dengan rekan kerja pun sebaiknya jangan diumbar begitu saja di media sosial kita, jika tidak ingin pimpinan uring-uringan.

Kesalahan Berulang

Kesalahan kecil yang terjadi sekali atau dua kali mungkin masih bisa mendapat dispensasi, apalagi kalau pimpinan kita adalah seorang yang baik hati dan memberi banyak kesempatan untuk memperbaiki kinerja bawahannya. Tapi setiap orang pasti memiliki batas kesabaran. 

Untuk seorang pimpinan, itu bisa terjadi kalau bawahannya melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang kali.

Selain itu, kesalahan berulang juga bisa menjadi salah satu indikasi kita tidak serius dalam pekerjaan kita. Seorang pemimpin yang baik tahu dengan pasti, membiarkan seorang yang tidak serius dalam pekerjaannya dengan melakukan kesalahan yang sama berulang kali dapat membawa pengaruh buruk bagi rekan-rekan kerja yang lain.

Konflik dengan Rekan Kerja

Dalam relasi inter-personal, termasuk relasi di tempat kerja, konflik adalah sesuatu yang wajar terjadi karena setiap manusia memiliki peta pikiran yang berbeda-beda. Seorang pemimpin bertugas mengelola konflik ini sehingga tidak membesar dan menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan organisasi.

Namun seringkali pengelolaan konflik ini tidak berjalan mulus jika mereka yang terlibat konflik sama-sama tidak mau menurunkan egoisme dan tidak mendengarkan arahan pimpinannya. Apalagi jika konflik tersebut sudah mengarah kepada perkelahian fisik. 

Pada saat inilah seorang pemimpin harus mengambil tindakan tegas atau konflik tersebut menghambat kinerja tim atau organisasi secara keseluruhan.  

Memang, tidak semua orang dapat memainkan perannya dengan baik, bahkan untuk seorang bos atau pimpinan sekalipun. Tapi jika saat ini berada pada posisi bawahan atau orang-orang yang dipimpin, kita harus mampu mendukung pimpinan kita dengan menunjukan kinerja terbaik.

Sedapat mungkin minimalkan kesalahan-kesalahan dalam bekerja, karena kesalahan kita juga secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh bagi kinerja organisasi, termasuk kinerja pimpinan kita.

Melakukan kesalahan itu manusiawi. Tapi selagi kita memiliki itikad baik untuk terus memperbaiki diri, kesalahan itu akan menjadi bagian dari pembelajaran. Pimpinan yang baik pun pasti akan menghargai bawahan yang mau terus meningkatkan kinerjanya.

Dengan belajar menjadi bawahan yang baik, kita juga dapat menjadi pimpinan yang baik jika suatu saat diberi kepercayaan menempati posisi tersebut. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun