Ketiganya pun kembali melanjutkan langkah kaki yang tadi tertunda.
"Tapi... orangnya siapa? Bayarnya bagaimana?" tanya Ojo.
"Gampang, bro. Pergaulan gue lintas kecamatan, lintas kampus. Gue punya banyak kenalan anak-anak ber-IP 3,9. Masalah duit... nanti kita cari proyek di luar. Gak usah khawatir," sahut Bams mantap. Kedua kawannya jadi semakin yakin dengan prospek proyek stuntman yang baru saja mereka cetuskan.
Saat masuk ke ruang kuliah, ketiganya terkejut. Ternyata bu Pangaribuan, dosen super killer yang terkenal dengan gincu merah membaranya sudah berdiri di depan kelas. Bu Pangaribuan pun menatap mereka seperti sipir menatap narapidana yang mencoba kabur. Bibirnya yang merah membara sampai bergetar pertanda menahan amarah.
"Iping! Ojo! Bams! Kuliah sudah setengah jalan, kenapa baru masuk??!!" tegurnya dengan suara menggelegar. Seisi ruangan jadi merinding mendengarnya.
Bams menyikut Ojo sambil berbisik, "Eh, Jo. Tadi lu bilang baru terlambat 10 menit?"
"So... sory, bro. Ternyata ini... jam gue mati," bisik Ojo sambil melirik jarum jam tangannya yang tidak bergerak-gerak entah sudah berapa lama.
"Mampus kita!" bisik Iping.
"Eh, malah kasak-kusuk di situ!" seru Bu Pangaribuan lagi. "Tutup pintunya!!"
Ketiga pesakitan itu langsung bernapas lega, lalu celingak-celinguk mengincar bangku yang masih kosong. Tapi begitu mereka mau beranjak dari depan pintu, bu Pangaribuan benar-benar tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Tutup pintunya dari luaaaaarr!!"