Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kabar Hoaks Ini, Harus Putus di Kamu!

12 Juli 2018   21:20 Diperbarui: 13 Juli 2018   19:19 1918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...jangan putus di kamu!

Pernah mendapat pesan berantai yang diakhiri dengan kalimat seperti itu (atau kalimat sejenis)?

Saya pernah beberapa kali. Seingat saya sejak zaman kirim mengirim pesan lewat SMS, sudah ada pesan berantai seperti itu. Setelah teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih, beberapa vendor mengusung platform perpesanan berbasis komunikasi data sehingga hadirlah Blackberry Messenger, Facebook Messenger, Whatsapp dan sebagainya.

Pada umumnya aplikasi ini memiliki fitur komunitas atau grup, sehingga produsen pesan berantai pun semakin mudah melakukan aksinya. Penyebaran pesan semakin mudah dan kemungkinan pesan menjadi viral lebih tinggi. Apalagi saat ini kita bisa dengan mudah menyematkan multimedia ke dalam pesan yang kita kirimkan.

Harapan si pembuat pesan memberi penekanan "... jangan putus di kamu!" tentu ingin agar orang yang menerima pesan tidak mendiamkan pesan tersebut tetapi ikut membagikannya dengan orang lain.

Sejauh pesan yang akan dibagikan benar dan bermanfaat bagi orang lain tidak ada masalah. Tapi lain halnya jika pesan yang dibagikan berisi hoax, konten yang kebenarannya masih harus diklarifikasi lagi, atau konten yang bermuatan negatif (mengandung unsur kekerasan, pornografi, foto korban bencana tanpa sensor dan sebagainya).

Dengan meneruskan pesan seperti ini sebenarnya kita telah merugikan orang lain maupun diri sendiri. Merugikan orang-orang yang ikut menerima pesan karena kita telah menyajikan informasi yang tidak benar atau tidak bermanfaat sama sekali. Informasi yang terdistorsi atau dipelintir rentan disalahgunakan. Bisa digunakan untuk framing, mengubah persepsi penerima bahkan sampai memincu konflik. Membagikan konten negatif sudah jelas merugikan si penerima pesan.

Kerugian bagi diri sendiri adalah kita bisa diberi label sebagai penyebar informasi tidak benar sehingga mengurangi kredibilitas diri sendiri. Pada beberapa platform media sosial, orang lain malah bisa menggunaan fitur-fitur tertentu untuk mengabaikan segala pemberitahuan tentang unggahan kita.

Oleh karena itu sebelum membagikan pesan baiknya menimbang beberapa hal berikut ini:

Cek dan ricek. Jika pesan yang diterima berupa berita, kutipan statement tokoh terkenal atau analisis sebuah isu, sebaiknya crosscheck dulu kebenarannya dengan sumber-sumber informasi yang lain. Cara paling mudah adalah melakukan googling. Jika pesan yang sedang viral itu memang benar, mestinya tidak sulit menemukan informasi pendukungnya di internet. Cek apakah informasi yang akan dibagikan sama atau berbeda dengan sumber-sumber informasi yang lain.

Sanggah. Setelah mengetahui bahwa pesan yang diterima itu tidak benar atau hoax, pada kesempatan pertama sanggahlah berita tersebut. Jika memungkinkan sertakan tautan yang berisi informasi penyanggahnya. Ini berguna agar penyebar pesan sebelum anda mengetahui bahwa dia baru saja melakukan kesalahan dan lebih mawas diri saat menyebarkan pesan berikutnya.

Cek sekali lagi. Sebelum membagikan pesan, cek jawaban dari dua pertanyaan ini: (1) Apakah pesan tersebut valid? dan (2) Apakah pesan tersebut bermanfaat untuk orang lain? Jika salah satu saja pertanyaan tersebut dijawab tidak, sebaiknya pesan tersebut tidak usah diteruskan atau dibagikan.

Filter. Jadilah filter terhadap pesan yang diterima sebelum membaginya dengan orang lain. Jika pesan berisi informasi tentang bencana, peristiwa kekerasan dan berita sejenis jangan menyebar foto atau video korban. Kalau pun akan disebar untuk mendukung informasi, blur wajah atau tubuh korban. Tidak salah juga melakukan penyuntingan pada beberapa bagian pesan yang kurang benar atau multitafsir agar pesan jangan disalahpahami.

Pesan-pesan berisi informasi yang tidak benar rentan untuk disalahgunakan bahkan dapat memicu konflik. Dengan melakukan kiat-kiat seperti di atas kita telah ikut andil mencegah penyebaran pesan seperti ini untuk menciptakan suasana yang lebih kondusif di dalam masyarakat.

----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun