Kemudian masih banyak koperasi yang belum memanfaatkan teknologi informasi, sehingga pencatatan keuangan sampai pelaporan-pelaporan masih dilakukan secara manual. Selain itu, kepemimpinan dan tata kelola organisasi belum berjalan dengan baik, sehingga koperasi masih dikelola secara tradisional.Â
Peran pengurus, pengawas dan manajemen masih tumpang tindih, sehingga rentan konflik kepentingan dan penyalahgunaan, apalagi jika pengurusnya tidak memiliki integritas yang tinggi dan para anggota koperasi juga kurang memahami fungsi kontrol terhadap jalannya koperasi. Akibatnya, seperti yang sudah pernah terjadi, beberapa koperasi akhirnya terseret pada kasus hukum.
Muara dari semua masalah-masalah ini adalah pelayanan kepada anggota menjadi kurang maksimal, atau jika sudah parah, anggota bisa dirugikan. Masalah-masalah seperti inilah yang membuat para milenial menjadi tidak tertarik untuk mengenal koperasi atau lebih jauh menjadi anggota koperasi.Â
Untuk mengelola keuangan, mereka akan lebih nyaman menjadi nasabah lembaga keuangan yang sudah memiliki sistem teknologi informasi yang lebih baik seperti perbankan. Apalagi selain pelayanan keuangan internal, lembaga keuangan masa kini pada umumnya sudah terintegrasi dengan e-commerce dan fintech yang lain, sehingga untuk melakukan berbagai transaksi keuangan sudah semudah bermain sosial media.
Menjadi Koperasi Zaman Now
Untuk lebih mengkoperasikan masyarakat dan memasyarakatkan koperasi khususnya kepada para milenial, koperasi mesti berbenah diri. Koperasi harus mulai melakukan rebranding dari lembaga keuangan yang terkesan jadul dan konvensional menjadi lembaga keuangan zaman now.Â
Berikut empat kiat yang dapat dilakukan oleh para pemimpin dan pengelola serta siapa saja yang terlibat dalam gerakan untuk mengubah image koperasi menjadi lebih kekinian, namun tetap mempertahankan nilai-nilai cooperative yang diusungnya.
Pemanfaatan Teknologi Informasi. Saat ini, aplikasi teknologi informasi dapat kita temukan pada semua bidang kehidupan. Kesehatan, transportasi, hankam, sosial, budaya, keuangan dan lain-lain. Agar tidak semakin tertinggal, koperasi mau tidak mau juga harus bergerak dan mencemplungkan diri dalam pengembangan teknologi informasi ini.Â
Bukan saja sebatas sistem transaksi dan pelaporan, tapi sampai pada integrasi IT dengan produk dan layanan agar dapat diakses oleh anggota secara real time sebagaimana fintech pada umumnya. Misalnya tanpa harus datang ke kantor, anggota dapat menarik tabungan untuk membayar angsuran pinjaman lewat transaksi pada gawai atau anggota dapat menarik tabungan untuk pembayaran tagihan listrik dan membeli pulsa.Â
Memang biaya investasi infrastruktur IT ini tergolong mahal, tapi semua perubahan ke arah yang lebih baik memang memiliki harga, bukan? Lagipula jika dimanfaatkan dengan baik, biaya ini sepadan dengan benefit untuk pengembangan koperasi, baik secara langsung seperti kemudahan transaksi anggota dan tambahan pendapatan (jika bekerja sama dengan biller) maupun secara tidak langsung, seperti meningkatnya loyalitas anggota dan penguatan branding koperasi.
Event Menarik
Para milenial pada umumnya tertarik dengan kegiatan yang menghadirkan pengalaman baru karena mereka jadi memiliki topik yang akan dibagikan lagi kepada dunia. Untuk itu pengelola koperasi dapat mengadakan berbagai event menarik untuk menarik minat para milenial, baik secara daring maupun luring.Â
Untuk kegiatan daring misalnya, kompetisi sosial media atau mengadakan konsultasi dan edukasi via sosial media. Sedangkan untuk kegiatan luring misalnya, jalan santai, eksebisi produk anggota, wisata bersama, yang dananya tidak mesti berasal dari anggaran koperasi.Â