Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menuju Cahaya

12 Juni 2018   22:01 Diperbarui: 12 Juni 2018   22:03 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita adalah debu-debu semesta
bergelimang gelap di antara relung-relung kehampaan.
Kita fana telak
tetapi terus merangkak
bergerak
menuju cahaya di balik selaput kebutaan.

Setiap kali merasa mata telah terbuka
kita tertawai jiwa yang menangis
kita jatuh lagi karena gravitasi egosentris
ke dalam palung
tempat jiwa-jiwa merenung.

Merenungkan masa lalu yang diantar masa depan
dan masa depan yang dibentuk kepingan masa lalu
lalu tersadar bahwa kita masih debu-debu semesta
masih terus bergerak
merangkak
menuju cahaya di balik selaput kebutaan.

Itu cahaya
perdana sekaligus paripurna
cahaya yang akan memisahkan
kita dengan kegelapan
dan menyatukan dengan keabadian.

---


kota daeng, 12 Juni 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun