Dan kita tahu bersama bagaimana berbahayanya orang yang tidak memiliki rasa cinta lagi. Orang seperti ini dapat melakukan kejahatan apapun tanpa merasa berdosa.
Pesan Aktual
Pesan apostolik ini ditulis pada bulan bulan Januari 2018, namun sangat relevan dengan keadaan negara dan bangsa kita, khususnya kondisi beberapa hari terakhir ini. Beberapa hari ini, ketenangan kita kembali terusik oleh aksi-aksi bom bunuh diri yang telah merenggut nyawa puluhan orang.Â
Sayangnya, alih-alih berempati, sebagian orang justru menjadikan musibah ini sebagai panggung untuk menebar sensasi. Sebagian orang memelintir musibah ini menjadi komoditi politik demi kepentingan pribadi atau kelompoknya saja.
Dalam hal ini, kita belum mampu benar-benar menjadikan komunikasi sosial sebagai sarana untuk menebarkan kebaikan dan kebenaran. Kalaupun kebenaran belum benar-benar tersingkap, paling tidak kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang memelintir kebenaran untuk kepentingan-kepentingan sesaat saja.
Simaklah pesan Paus Fransiskus berikut, "...penangkal terbaik melawan kebohongan bukan strategi, melainkan masyarakat: masyarakat yang tidak serakah tetapi bersedia mendengarkan, masyarakat yang berikhtiar melakukan dialog tulus agar kebenaran tersingkap, masyarakat yang tertarik oleh kebaikan dan bertanggungjawab atas cara bagaimana memanfaatkan bahasa (media komunikasi)."
Jika dijabarkan ke dalam bahasa yang lebih sederhana dan diaktualisasikan dalam kondisi bangsa kita hari ini, pesan tersebut berarti masing-masing dari kita (sebagai masyarakat) memiliki peran untuk menangkal potensi-potensi konflik, baik vertikal maupun horizontal akibat ulah dan propaganda teroris pada media. Kuncinya setiap orang harus berorientasi pada kebaikan dan melakukan dialog yang tulus melalui media komunikasi.
Jurnalisme Perdamaian
Oleh karena itu, tanggung jawab yang besar berada di pundak para awak media, produsen berita, blogger dan setiap orang yang bergiat dalam bidang jurnalisme. Di dunia yang serba cepat saat ini, kecepatan informasi menjadi sebuah tuntutan.Â
Namun mereka yang bergelut dengan informasi mesti menyadari, saat ini informasi memiliki kekuatan membentuk seseorang dan kehidupannya. Jadi untuk memberi nilai pada informasi, dibutuhkan bukan hanya kecepatan, tetapi juga keakuratan dan kebaikan bagi penerimanya.
Akhirnya, Paus Fransiskus pun mengajak semua orang untuk memajukan jurnalisme perdamaian. Jurnalisme perdamaian tidak dimaksudkan untuk mengangkat tema yang "manis-manis" saja.Â