Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Melek Keuangan Dimulai dari Menghargai Isi Dompet

31 Maret 2018   10:40 Diperbarui: 1 April 2018   11:44 2907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.collisionfinancialservices.com

Fenomena tertangkapnya pemilik Abu Tours membuat kita kembali geleng-geleng kepala dan mengelus dada. Bagaimana tidak? Branding perusahaan jasa umrah ini sebelumnya cukup meyakinkan. Masyarakat pun berbondong-bondong menjadi pengguna jasanya. Berdasarkan informasi terakhir, jumlahnya tidak kurang dari 86 ribu orang dengan omset sekitar 1,8 triliun rupiah. Naasnya, di saat-saat terakhir nasib ribuan orang dan dana yang dikelola tersebut menjadi tidak jelas seiring ditangkapnya sang pemilik dan pembekuan usaha.

Jika mencari siapa yang salah, semua pihak yang terlibat memiliki andil terhadap musibah ini. Pemilik usaha utamanya, kemudian pemerintah sebagai regulator dan juga ada andil dari masyarakat pengguna jasa. Tapi jika mencari siapa yang paling dirugikan, jawabannya adalah masyarakat pengguna jasa. Membaca kisah-kisah mereka di media sosial benar-benar bikin miris. Ada yang menabung sedikit demi sedikit uang hasil menarik becak atau dagang asongan, ada yang mesti pinjam dari keluarga dan lain-lain.

Masyarakat kita memang sering jadi sasaran empuk para penipu. Modusnya pun ada-ada saja. Kalau dalam kasus  Abu Tours atau First Travel yang lalu, masyarakat sebenarnya menyetor rupiah dengan niat yang tulus dan mulia untuk mengamalkan ibadah, hanya saja dana yang mereka setor salah dikelola.

Tapi ada juga penipu yang memang sejak awal secara eksplisit menunjukkan "ketidakwajaran" pada skema bisnis usahanya, melalui iming-iming penghasilan besar dalam waktu singkat atau malah dengan hal-hal yang lebih diluar nalar, seperti penggandaan uang dengan cara-cara klenik. Tapi ajaibnya, masih ada saja masyarakat yang jadi korban.

Menghargai Pendapatan

Kita seringkali bekerja keras mengejar pendapatan, tapi tidak berpikir keras saat membelanjakannya. Berpikir keras yang dimaksud di sini adalah kita telah memiliki perencanaan sebelum berbelanja, mengetahui barang/jasa yang akan kita beli itu adalah kebutuhan atau keinginan belaka dan mengetahui biaya kesempatan dari setiap pengeluaran yang kita lakukan.

Menghargai pendapatan akan melahirkan money habits yang berguna untuk mengelola arus kas secara efektif. Kita bisa mulai dengan mengetahui riwayat pengeluaran dalam sebulan. Lalu dari jumlah seluruh pengeluaran, hitung berapa alokasi untuk kebutuhan makan minum, untuk tabungan dan investasi, untuk transportasi, untuk biaya pendidikan, biaya entertainment, membayar tagihan-tagihan lain-lain, kemudian lihat pos pengeluaran mana yang masih bisa dikurangi dan mana yang masih bisa ditambah.

Cara untuk mengetahui riwayat pengeluaran ini adalah membuat pencatatan arus kas secara rutin setiap harinya. Lalu diwaktu-waktu tertentu, misalnya seminggu sekali, review kembali arus kas kita seminggu sebelumnya. Berdasarkan pengalaman saya, setelah melakukan pencatatan ini, kita akan semakin mengenal kelebihan dan kekurangan kita dalam masalah keuangan. Kita jadi tahu diri, ekonomis atau boros, pelit atau  obsesif. Pada saat kapan saja, belanja menjadi tidak terkontrol. Mana belanja yang memang merupakan kebutuhan, mana yang karena godaan iklan. Kita pun jadi semakin menghargai setiap rupiah pendapatan yang kita terima.

Pencatatan Keuangan

Jika dulu pencatatan pendapatan atau belanja dibuat secara manual atau menggunakan aplikasi seperti MS Excel, saat ini kita dapat menggunakan aplikasi gratisan yang lebih praktis dan bisa diunduh langsung dari google play store. Coba search saja dengan keyword "pencatatan keuangan", "pencatatan arus kas" atau keyword serupa. Ada banyak aplikasi pendukung yang dapat ditemukan. Saya sendiri menggunakan aplikasi berjudul "pengeluaran bulanan" yang gambar icon-nya seperti ini

Gambar dokpri
Gambar dokpri
Dengan demikian, saat kita dihadapkan pada rencana pengeluaran yang membutuhkan dana besar, kita semakin arif dan bijak dalam menyikapinya. Kita akan terdorong untuk mencari tahu bagaimana keamanan dana kita saat ditawari sebuah peluang investasi, misalnya. Kita akan terdorong untuk menyelidiki riwayat seseorang atau perusahaan sebelum kita membeli produk/jasa yang mereka tawarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun