Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Meditasi

23 Juli 2017   22:01 Diperbarui: 25 Juli 2017   11:08 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pxleyes.com)

Kendati dingin menjamah kalbu
malam masih merayu
mata masih terpejam dalam
dan napas masih terdiam.

Aroma keheningan menguar liar
jelajahi batas-batas kesadaran
lalu kembali untuk buktikan
jantung masih berdetak di luar.

Kita benci kesendirian
tapi tanpa disadari
kita semua adalah pecandu meditasi.

Kita biarkan kesadaran kita direnggut mayapada
untuk diombang-ambingkan di antara gemintang dan purnama
sementara raga dititipkan pada sepotong napas
yang hanya terdiam dalam lugas

Detak demi detak
adalah ritme semesta
sebagian bergerak dan sebagian terlelap.
tak ada ujung ritual kesenyapan ini.

Kita benci kesenyapan
tapi tanpa disadari
kita semua adalah pecandu meditasi.

---



kota daeng, 23 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun