"Paling juga maling mangga, maling ayam, maling beras... Belum ada pencurian besar yang berhasil kalian tangkap. Lagi pula kejadian pencurian itu terus terjadi. Ini bukti kalian kerja tidak becus."
Prapto terdiam sambil menunduk. Speechless...
"Praptoo!!"
"Eh, iya pak, hadir..."
"Saya beri satu kesempatan lagi. Awas ya kalau sampai ada kejadian pencurian lagi... jabatan kepala Hansip saya kasih ke Subeno. Kamu jadi helper saja..."
Prapto mengernyitkan kening. "Hel.. hel... apa, Pak?"
"Halah! Tidak perlu tahu. Sudahlah, saya mau balik rumah dulu, siap-siap ke hajatan pak Lurah..."
Sepeninggal pak Kades, Subeno menepuk-nepuk pundak Prapto untuk memberi dukungan moral. Tapi keduanya tetap keheranan, tidak biasanya pak Kades marah-marah seperti itu.
Tak lama kemudian, Suprana, bujang yang bekerja di rumah pak Kades melintas dengan sepeda onthelnya. Prapto dan Subeno pun buru-buru menahannya.
"Saya salah apa, Bang?" tanya Suprana ketakutan dengan suara cemprengnya.
"Kamu tidak salah apa-apa. Begini, tadi pak Kades datang marah-marah, emang di rumah baru ada kejadian apa sih?"