Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pak Tua Telah Lelah

1 Juni 2017   21:57 Diperbarui: 1 Juni 2017   22:34 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semestinya Pak Tua saat ini sedang menikmati masa senja yang bahagia. Dikelilingi oleh anak berbakti, cucu-cucu lucu yang menanyakan apa yang dilakukan Pak Tua dan siapa saja di sisi Pak Tua dalam album foto, memperbanyak amal, menikmati perjalanan ke tempat-tempat yang belum dikunjungi, bersilahturahmi dengan kawan-kawan seperjuangan dahulu, menjadi penasehat paguyuban anak muda yang ingin bekerja membangun negeri atau sesuatu seperti itu.

Alih-alih menikmati investasi waktu dan finansial yang dibangun pada masa muda, Pak Tua kini malah mirip remaja labil yang suka mencari musuh dan menebar hoax di media sosial. Setiap hari dia berjalan kesana kemari, mengejar matahari yang tidak pernah kehabisan bahan bakar. Jika bertemu sanak dan kenalan yang menyapanya di tengah jalan, Pak Tua dengan semangat yang tak kunjung padam mengungkapkan idealismenya.

“Kita harus menghentikan matahari, dia adalah mata masa lalu dan mata masa sekarang yang bisa kita jadikan saksi untuk mengungkap kezaliman rezim ini.”

Sanak dan kenalan hanya mengangguk prihatin lalu membiarkan pak Tua meneruskan langkahnya. Mereka juga punya sesuatu yang harus dikejar di luar sana.

Tapi semakin lama pak Tua kelihatan semakin lelah.

Di ujung sore, dia tak mampu lagi memberikan perlawanan berarti saat petugas hukum membawanya di dalam kerangkeng. Dia lupa mengamankan jejak-jejak sindikat pada masa lalu saat dirinya masih memiliki pengaruh dalam ring pertama birokrasi yang saat ini dikutuknya habis-habisan.

“Apa yang kalian lakukan? Aku adalah orang besar, aku telah berjasa besar untuk negara ini!” cecarnya.

“Tentu… Jasa-jasa anda pasti akan dipertimbangkan hakim, Pak Tua,” sahut petugas dengan tenang seperti badai yang baru saja reda.

Sementara itu anak dan cucu yang ditinggalkan hanya bisa memandang kepergian Pak Tua dengan tatapan sedih. Mereka masih memiliki banyak pertanyaan mengenai album-album foto milik pak Tua.

---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun