Langit sedang berduka karena manusia lebih senang menebar benci daripada kasih
di ujung malam dia terlupa singkapkan tabir agar bulan tumpahkan cahaya
di ujung pagi enggan ronakan wajahnya untuk menghibur matahari
tapi manusia tetap tak peduli lebih senang memuja diri.
Langit sedang berduka karena pandang badai di depan
tapi tak kuasa hentikan perang di bawah
hanya bisa munajat ke atas
Lalu Empunya semesta bertitah
langit berserah pasrah
jadi klimaks duka
Manusia yang sedang mengayunkan pedang ke tubuh manusia lainnya
ditampar gerimis dan gema doa dari padang belantara
gerimis jadi hujan, gema doa jadi kidung duka
manusia-manusia tenggelam dalam jeda
Walau hari esok masih misteri
langit sudah tuntaskan misi hari ini.
---
kota daeng, 26 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H