Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tumbal Perang (2)

23 Mei 2017   16:36 Diperbarui: 23 Mei 2017   16:40 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: https://videogames.desktopnexus.com/

“Sepertinya mereka akan terlambat, Panglima. Sementara itu, pasukan pertahanan kita pun sudah berguguran.”    

Panglima Bares kembali terdiam, sebelum melepaskan lagi kata-katanya. Kali ini dengan nada yang lemah, “Jadi apa rencanamu, Raka?”

Sihir Lumenos, Panglima. Hanya itu…” suara Raka bergetar.

“Kamu tahu, itu sebuah keputusan besar. Kami semua, dan bahkan Raja pun tidak bisa lagi menyelamatkanmu. ”

“Aku siap, Panglima. Pasukan Raja Zeikh tidak akan berhenti sebelum menemukanku. Dia masih punya banyak pasukan. Sebentar lagi dia akan menembus pasukan kita dan memporakporandakan kerajaan, dimulai dari wilayah kaum Sifah. Padahal beberapa hari lagi mereka akan melangsungkan hari besar keagamaan mereka.”

“Tapi… “

Panglima Bares terlihat sangat berat hati memenuhi permintaan Raka. “Tidak ada jaminan Zeikh berhenti menyerang setelah mendapatkanmu. Dia licik…”

“Ya, benar. Tapi kita hanya punya satu kesempatan, Panglima. Sekarang atau tidak sama sekali…”

“Kamu keras kepala, Raka.”

“Lakukan sekarang, Panglima, aku mohon. Pasukan kita mulai terdesak di atas sana…”

Panglima Bares menggelengkan kepala dengan sedih. Tapi melihat tekad Raka yang sudah bulat dia pun mengangkat tongkat sihirnya tinggi-tinggi. Setelah membaca barisan mantra, dari ujung tongkat sihir itu melesat cahaya berwarna kuning menyilaukan. Cahaya itu membesar, seperti cahaya Ur yang memanjang dari bawah ke atas menembus awan-awan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun