Kadang-kadang kekalahan dibutuhkan untuk menguji kemenangan…
Raka terbanting dengan deras ke atas tanah. Dhor, naga tunggangannya jatuh menyusul dengan suara debam yang lebih keras. Darah segar menguncur dari sudut bibir Raka. Susah payah dia bangun dengan bertopang pada ujung tongkat sihirnya.
Di atas sana, langit malam planet Zemesis masih riuh rendah dengan suara peperangan. Cahaya-cahaya merah dan biru dari tongkat sihir yang beradu, kontras dengan langit malam. Sesekali terlihat bayangan naga dan penunggangnya berguguran dari langit, baik dari pihak kerajaan Thamekh maupun kerajaan Lordam.
Kedua pasukan terlihat imbang, tapi semakin lama peperangan ini terjadi, akan semakin banyak korban yang berjatuhan.
Terdengar erangan lemah dari Dhor yang kini berjalan mendekati Raka. Lubang besar di sebelah kiri lehernya perlahan-lahan mengecil. Dhor memang adalah salah satu naga Thuram, spesies dari genus naga langit yang memiliki kemampuan menyembuhkan diri sendiri.
Dhor terlihat semakin kuat dan siap untuk naik ke panggung peperangan lagi. Tapi Raka terlihat diam tak bergerak sambil terus menatap langit.
“Mereka menginginkan diriku, Dhor,” ucap Raka. “Peperangan ini tidak akan usai sebelum aku menjadi tawanan mereka.”
Pada saat itu, naga langit lain terbang mendekat dan menukik dengan tajam.
“Hormat, Panglima,” Raka menjura dan membungkuk begitu penunggang naga yang berpakaian kebesaran itu turun dan menghampirinya.
“Kamu baik-baik saja, Raka?”
“Tadi terkena serangan sihir salah satu pasukan Lordam. Tapi… aku baik-baik saja…”
“Kalau begitu mari kita lanjutkan peperangan…”
Panggilan menggugah semangat seperti itu biasanya ditanggapi Raka dengan tatapan membara. Tapi kali ini prajurit terbaik kerajaan Thamekh itu terlihat resah dan nampak enggan menerbangkan kembali Dhor ke atas langit.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H