Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Manusia-manusia Pendoa

10 Mei 2017   23:27 Diperbarui: 11 Mei 2017   00:51 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Purnama sudah mengintip di antara ventilasi saat aku selesai membungkus tubuh kurusku dengan jaket tebal penghalau dingin. Perjalanan akan panjang sehingga aku menyelipkan dua batang coklat batangan di sela-sela saku tas pinggang, untuk jaga-jaga kalau rasa lapar menyergap nanti.

Masih ada waktu beberapa menit sebelum Zacky sahabatku menjemput. Jadi aku menyalakan radio FM lalu menghidupkan pesawat televisi, mencari channel yang sesuai.

Ah, kehidupan malam di ibukota memang selalu menarik. Ramai, gemerlap menawan, seperti gadis cantik yang selesai berdandan dan siap melenggang ke resepsi pernikahan, dalam hati berharap tidak lama lagi dia akan ikut menyusul sahabatnya itu.

Lamunanku dibuyarkan oleh panggilan Zacky.

Zacky berdiri gagah dan senyum khasnya, lugu tapi nakal. Di belakangnya manusia-manusia berjubel, masing-masing menggenggam sebuah lilin bernyala. Setiap lilin melambangkan doa dan setiap doa melambangkan kehidupan

“Ayo, buruan. Jangan lupa lilinnya…!” seru Zacky lagi.

“Beres, Bos,” sahutku dari depan layar televisi. Dua batang lilin sudah kusiapkan, jadi segala persiapan beres. Kini waktunya menempuh perjalanan panjang.

Sesungguhnya perjalanan paling panjang manusia adalah perjalanan dari kepala sampai ke hati nuraninya. Tapi kali ini bukan sejauh itu perjalananku, aku hanya berjalan dari ruang nyata ke ruang maya. Aku pun melompat ke dalam televisi bersama sahabatku dan bergabung dengan manusia-manusia pendoa itu.

---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun