Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Pengedar Narkoba Mengincar Artis?

26 Maret 2017   15:40 Diperbarui: 27 Maret 2017   08:00 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini kita kembali terkejut oleh berita tertangkapnya penyanyi Ridho Rhoma dengan kepemilikan Sabu seberat 0,7 gram. Nama pedangdut terkenal ini kembali menambah daftar deretan nama-nama selebriti yang memiliki kasus terkait narkoba. Mulai dari yang senior sampai pendatang baru, mulai dari penyanyi, produser bahkan sampai komedian.  

Memang narkoba saat ini bisa menyasar siapa saja. Penggunanya bukan saja orang-orang berkantong tebal atau mereka yang tinggal di antara gedung-gedung pencakar langit metropolitan. Penggunanya sudah lintas strata ekonomi dan lintas wilayah sampai ke kampung-kampung yang bahkan sinyal telekomunikasinya saja megap-megap. Tapi jika penggunanya adalah pesohor tentu beritanya akan lebih mudah terekspos dan dengan cepat diketahui masyarakat luas.

Mengapa para pengedar narkoba mengincar artis-artis sebagai pengguna? Paling tidak ada empat alasan sebagai berikut:

  • Beban Psikologis. Sebagai entertainer para artis dituntut untuk selalu tampil prima. Mereka harus menjadi orang yang mampu menghibur para penggemar atau penontonnya, walaupun mereka sendiri sebenarnya sedang mengalami masalah. Sebagai pribadi kita memiliki beban hidup masing-masing. Tapi para artis harus pandai-pandai menutupi permasalahan pribadi yang terjadi agar mampu memuaskan keinginan penggemarnya. Melakoni peran yang jauh dari keadaan diri sebenarnya ini bukan sesuatu yang mudah. Mereka butuh sandaran, dukungan atau tempat untuk melepaskan beban psikologisnya ini dari orang-orang di sekitarnya. Jika mereka tidak menemukan hal tersebut, maka narkoba pun dipilih sebagai jalan keluarnya.
  • Penghasilan Tinggi. Menjadi artis yang sudah terkenal berbanding lurus dengan penghasilan yang dimiliki. Jadi jika tidak mampu menahan godaan, mereka tidak akan kesulitan memiliki dan menggunakan narkoba. Akhirnya mereka pun menjadi target pasar potensial para pengedar narkoba yang memang membutuhkan pengguna dengan daya beli yang tinggi.
  • Jejaring. Dalam pemasaran, membangun jejaring itu penting. Baik jejaring antara penjual dengan pembeli, jejaring antara pembeli dan pembeli lainnya atau dengan calon pembeli. Dengan banyaknya jejaring ini, peluang  pembelian produk yang ditawarkan akan semakin tinggi pula. Para selebriti, kita tahu memiliki jaringan sosial dengan sesama selebriti dan kalangan jetset lainnya. Sehingga dengan menyasar mereka, para pengedar narkoba tidak sulit lagi mendapatkan pasar potensial yang baru.
  • Gaya Hidup. Menurut Kombes Sulistiandriatmoko, Kabag Humas BNN, penggunaan narkoba dikalangan para artis sudah menjadi semacam gaya hidup (sumber). Narkoba jenis tertentu misalnya sabu, mampu meningkatkan kepercayaan diri dan stamina penggunanya.Mereka jadi lebih berani dan prima di atas panggung karena pengaruh obat-obatan terlarang tersebut. Tuntutan karir mengharuskan mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan tidak semua artis mampu membangun mental tersebut daridalam dirinya sendiri. Narkoba pun menjadi jalan keluarnya.

Memang semestinya para pesohor ini bisa lebih bijak menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Pasalnya mereka adalah public figur, dan banyak orang termasuk generasi muda yang mengidolakan pribadi mereka. Dengan banyaknya kasus-kasus kepemilikan narkoba yang menjerat para pesohor, masyarakat akan semakin permisif terhadap keberadaan narkoba. Padahal semestinya narkoba adalah bahaya laten dan musuh yang harus kita lawan bersama-sama. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun