Kamar kost itu berbau pengap, tapi Gus kelihatan tidak peduli.
Setelah sebatang rokok habis, dia membuka laptopnya lalu mulai memerhatikan satu per satu akun sosial media yang terpampang. Sebatang rokok penghabisan dikeluarkan lagi dari bungkusnya.
Hashtag yang trending tidak banyak berubah sejak siang tadi.
Handphone-nya berbunyi.
“Iya, Bang…,” sapanya pada si penelpon. “Beres, Bang.”
Percakapan terputus. Gus lalu memantik korek api, membakar ujung rokoknya dan meninggalkannya di atas asbak.
Di atas tempat tidur, ada 12 handphone android yang sedang online. Satu per satu digarapnya. Dia baru saja dapat order hashtag baru juga kicauan-kicauan untuk menyerang salah satu akun.
Gus tahu pekerjaannya itu tidak benar. Tapi rokok harus tetap mengepul dan seminggu sekali dia mesti menyumbat mulut pacarnya di tempat makan mewah.
Setelah melaksanakan job, sebatang rokok kembali digeluti dengan nikmat. Layar laptop telah berganti dengan screensaver cewek setengah telanjang tertelungkup di atas motor gede. Teleponnya berbunyi lagi.
“Ada apa lagi, Bang? Hah! Tidak bisa diakses?”
Gus membelalak.
Handphone dimatikan lalu jari-jari Gus kembali menari di atas keyboard laptopnya. Alamak! Sebuah kalimat sakti tertulis di atas jendela sosial medianya.
Your account (@NoIdeology) is currently suspended
Gus sampai lupa menghisap rokok saking terkejutnya.
Kelihatannya harus buat akun baru lagi nih, batinnya kesal.
----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H