Pada sebuah konstelasi politik, massa bergerak
jalan raya dan bumi berderak
jantung-jantung nyaris menahan detak
hujan pun tidak berani mencipta riak
mata-mata melotot, bibir kering berteriak-teriak.
.
Lelaki tua penjaja cendol terbelalak
di depan mata bukan pembeli beringas tumpah ruah
kaki kurus gemetar hati menciut gentar.
.
Gerobak cendol pun ditarik perlahan, roda memutar sengsara
menjauh segera
sembunyi di balik asap yang mengepul dari ribuan kepala.
.
Satu kali
dua kali
ledakan demi ledakan mengibiri nyali.
.
Tukang ojek memutar arah
berlalu secepatnya dari umat amarah
penjaja koran berlari tak tentu arah
.
Lelaki tua mau ikut berlari tapi gerobak cendol tak mampu menjaga diri
akhirnya mereka terus bersembunyi dibalik tirai yang dirajut matahari
mempertahankan rupiah penghabisan dan masih terus menanti.
.
Massa terus bergerak
berteriak
suara ledakan menggelegak
asap dimana-mana
.
Lelaki tua gemetaran
dia dan gerobak cendol masih bersembunyi ketakutan.
-----
kota daeng, hari mines satu aksi 4 NovemberÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H