Seringkali
dalam keterbatasan kita baru bisa menemukan ketakterbatasan
dalam kegelapan kita baru menyadari arti sinaran
dalam kehampaan kita baru menghargai keberadaan
.
Seringkali
saat jatuh dalam kelemahan kita jadi memiliki sumber kekuatan
saat terperosok dalam musibah kita baru menemukan arti anugerah
saat hilang kata dan pengharapan sebuah jalan kecil membukakan mata kita
.
Hanya saja kita terlalu sering membohongi jiwa kita
menggariskan kepadanya batas-batas
menghadirkan gelap dan menjadikannya hampa
.
Kita merasa lemah karena tidak menghargai kekuatan
merasa terkungkung lara karena tidak menghargai anugerah
merasa terlaknat karena menolak kesucian
merasa terbuang karena mengabaikan kasih sayang.
.
Seperti malam yang merindukan purnama
jiwa kita pun memiliki jalan rindu yang sama kepada Sang Asali
kepada Tuan atas segala sumber asa.
.
Fitrah dan ketulusan
adalah sebagian dari diri kita.
Kita hanya perlu mendengar bisikan dalam kesunyian kontemplasi
atau membaca aksara yang dihadirkan hati nurani.
.
Kita selalu ditakdirkan untuk jadi pemenang kehidupan ini
sampai kita menggariskan keterbatasan kita sendiri.
---
kota daeng, 26 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H