Sesuai judulnya, rasio ini membandingkan jumlah pengeluaran (khususnya untuk belanja dan membayar kewajiban) dan pendapatan dalam sebulan. Maksimal rasionya berada pada level 90%. Idealnya di kisaran 70%-80%. Artinya kita masih memiliki 20%-30% pendapatan yang bisa digunakan untuk berinvestasi. Semakin kecil rasionya artinya banyak pendapatan yang bisa dialokasikan untuk berinvestasi.
Nah, jika ketiga rasio keuangan di atas sudah berada kisaran yang ideal, artinya kita sudah dapat mengalokasikan sebagian pendapatan untuk membangun investasi. Namun hati-hati jika ada rasio keuangan yang belum ideal. Misalnya rasio utang masih berada di atas 40%. Artinya kita masih harus memprioritaskan pendapatan untuk menyelesaikan utang-utang kita.
Atau misalnya rasio pengeluaran dibanding pendapatan masih mendekati 100%, artinya kita masih harus mengefisienkan pengeluaran terlebih dahulu atau meningkatkan pendapatan dengan penghasilan tambahan. Dengan demikian kita tidak terjebak pada kesulitan mengelola arus kas gara-gara membangun investasi.
Penting juga untuk selalu meningkatkan rasio likuiditas agar jika sewaktu-waktu terjadi masalah sehingga pendapatan kita terganggu, kita masih memiliki dana cadangan untuk melanjutkan kehidupan sebelum pendapatan stabil kembali.
Namun bukan berarti kita mesti menunggu rasio-rasio keuangan tersebut ideal dahulu baru mulai membangun aset. Jika belum memungkinkan untuk berinvestasi, kita tetap bisa menyisihkan pendapatan ke dalam tabungan-tabungan sesuai dengan tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang kita. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H